REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pondok Modern Darussalam Gontor merupakan pesantren yang kini menjadi tempat belajar puluhan ribu anak dari berbagai kawasan Indonesia dan negeri lain. Di sana mereka menimba ilmu untuk menjadi bekal hidup bermasyarakat dan membangun lingkungan.
Banyak alumni Gontor mewarnai dinamika berbangsa. Ada yang menjadi pahlawan nasional seperti KH Idham Chalid (1921-2010), Brigjen Hasan Basri (masa kemerdekaan) di Kalimantan Selatan. Kemudian ada pula yang menjadi pemimpin dua ormas Islam besar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Juga ada yang menjadi birokrat, politisi, profesional, pengusaha, militer, Polri, dan ulama.
Lantas apa kunci sukses Gontor mendidik para santrinya?
Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor KH Akrim Maryat menjelaskan hal itu dalam sebuah video. Alim yang tinggal di Desa Gandu tersebut sudah sering menemui alumni Gontor di berbagai kawasan, dalam dan luar negeri. “Saya lihat di mana mana ada alumni Gontor. Mereka menggeluti berbagai macam profesi, bahkan profesi yang di Gontor tidak diajarkan,” kata guru yang hidup dengan penuh kesederhanaan tersebut.
Lalu bagaimana bisa mereka menjalani profesi yang tidak diajarkan ketika menimba ilmu di Gontor?
Mereka belajar, beribadah, dan berdoa, dengan sungguh-sungguh, selama menjalani kehidupan di Pesantren Gontor. Para guru di Gontor mendidik para santri dengan cara melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan. Di situ mereka belajar banyak hal yang tak diajarkan di kelas.
Semua yang ada di Gontor adalah kurikulum. Maka, para santri yang berbuat, berkhidmah, berusaha, dan belajar, dengan memanfaatkan berbagai sarana di Gontor, akan mengambil banyak ibrah. “Kelak mereka memanfaatkan bekal ilmu dan pengalaman itu ketika berkhidmah di masyarakat,” jelas Kiai Akrim.
Ada pendidikan berupa penugasan. Santri diberi kepercayaan mengelola jaringan listrik di Pondok. Mereka bertugas di bagian diesel dan kelistrikan. Ada beberapa santri yang mengurus makan ribuan santri. Mereka memastikan santri mendapatkan makanan dan gizi yang cukup. Santri – santri itu bertugas di Bagian Dapur.
Ada pula santri yang ditugaskan menjaga nilai disiplin. Mereka memastikan adik kelasnya tertib menjalankan rutinitas pondok dan mematuhi segala aturan yang ada. Santri - santri itu bertugas sebagai keamanan.
Juga ada santri yang aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler berupa klub olahraga, kursus bahasa asing, dan keterampilan. “Semua kegiatan itu memuat nilai persaudaraan, integritas, mengandung ilmu, dan pengalaman, yang mendidik mereka sehingga kelak menjadi insan berprestasi. Insya Allah keaktifan santri di sana menjadi bekal hidup di masyarakat,” kata Kiai Akrim.
“Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu. Sebesar konsentrasimu di pondok ini, maka sebesar itu pula kemungkinan yang akan Engkau lakukan dan menjadi dirimu di masyarakat,” ungkap dia.