REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Polisi di Armenia pada Ahad (8/1/2022) menahan 65 pengunjuk rasa di dekat pangkalan militer Rusia. Mereka menuntut campur tangan Moskow untuk membongkar blokade yang dibangun Azerbaijan terhadap daerah kantong etnis Armenia.
Sekitar 200 pengunjuk rasa berkumpul di luar pangkalan di Kota Gyumri. Mereka menuntut pasukan penjaga perdamaian Rusia membuka blokir di Koridor Lachin, yang menghubungkan Armenia dan Nagorno-Karabakh yang didominasi etnis Armenia.
Sejak 12 Desember, orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai aktivis lingkungan dari Azerbaijan memblokir sebagian jalan, dan hanya membuka lalu lintas terbatas.
Azerbaijan mengatakan, tindakan mereka tidak sama dengan blokade penuh. Tetapi pejabat etnis Armenia di Nagorno-Karabakh mengatakan, blokade ini menghambat pengiriman makanan, obat-obatan dan bahan bakar.
Koridor Lachin menjadi penghubung untuk mengirim pasokan dari Armenia ke 120.000 etnis Armenia yang menguasai wilayah pegunungan. Koridor ini telah diawasi oleh penjaga perdamaian Rusia sejak 2020.
Nagorno-Karabakh diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan. Tetapi penduduknya sebagian besar adalah etnis Armenia dan memisahkan diri dari kendali Baku dalam perang di akhir 1980-an dan awal 1990-an, saat Uni Soviet hancur.
Pada 2020, Azerbaijan merebut kembali wilayah Nagorno-Karabakh, yang berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia. Penjaga perdamaian dikerahkan di sepanjang koridor Lachin, yang menjadi satu-satunya rute masuk dan keluar dari Nagorno-Karabakh.