Selasa 10 Jan 2023 13:42 WIB

Prediksi IHSG 2023, Sektor Bank Masih Menarik Saat Teknologi Babak Belur

Sejumlah sektor di pasar saham masih menarik untuk dikoleksi pada 2023.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (2/1/2023). Sejumlah sektor di pasar saham masih menarik untuk dikoleksi pada 2023.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (2/1/2023). Sejumlah sektor di pasar saham masih menarik untuk dikoleksi pada 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah sektor di pasar saham masih menarik untuk dikoleksi pada 2023. Salah satunya yakni sektor perbankan yang ditopang pertumbuhan kredit dan peningkatan kualitas aset serta likuiditas yang masih memadai.

"Sejauh ini likuiditas masih ample, pertumbuhan kredit kita perkirakan masih high single digit untuk tahun ini. Selain itu, kualitas aset juga akan ada peningkatan," kata Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer di Jakarta, Selasa (10/1/2023).

Baca Juga

Dari sisi makro, menurut Adrian, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berpotensi menguat tahun ini. Hal tersebut dinilai menjadi katalis pendukung bagi sektor perbankan. 

Sementara, earning per share (EPS) sektor perbankan diproyeksi masih akan tumbuh sekitar 15-17 persen. Secara keseluruhan, Adrian melihat katalis untuk sektor perbankan masih sangat positif meskipun pertumbuhan EPS tahun ini diperkirakan akan melambat.

Untuk sektor teknologi, Adrian melihat prospeknya masih cukup negatif pada tahun ini. Perusahaan teknologi saat ini sedang berjuang untuk bisa mempertahankan bisnis agar tetap beroperasi. 

Dalam tiga sampai lima tahun terakhir, sektor teknologi sudah menikmati benefit bagaimana mendapatkan modal yang murah. Suku bunga di berbagai negara saat itu rata-rata berada di level nol persen.

"Mereka bisa melakukan fund raising dengan valuasi yang sangat tinggi meski belum profit. Tapi, sekarang situasi berubah. Saat ini tingkat  inflasi dan suku bunga tinggi," ujar Adrian. 

Menurut Adrian, satu-satunya katalis yang dapat mengangkat kinerja sektor teknologi adalah berhentinya tren kenaikan suku bunga. Jika tidak, perusahaan teknologi harus bisa segera mencetak keuntungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement