REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam perintah Taliban untuk melarang universitas dan pendidikan dasar bagi perempuan Afghanistan. Dia bahkan menyebut langkah itu sebagai tidak Islami dan berjanji untuk memperhatikan masalah ini sampai selesai.
“Itu tidak manusiawi dan tidak Islami. Tidak ada hal seperti itu dalam agama kami. Tidak seorang pun harus mendefinisikan larangan seperti itu berdasarkan Islam. Islam tidak menerima hal seperti itu. Sebaliknya, kami adalah penganut agama yang mengatakan 'carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat',” kata Erdogan saat berpidato di sebuah konferensi internasional tentang ombudsmanship di Ankara, dilansir dari Middle East Eye, Kamis (12/1/2023).
Pemerintah Taliban bulan lalu memutuskan menangguhkan pendidikan universitas bagi perempuan, dan kemudian mengeluarkan larangan langsung terhadap pendidikan bagi perempuan. Meski begitu, beberapa sekolah perempuan tetap buka.
Sejak Taliban kembali berkuasa di Afghanistan pada musim panas 2021, penduduk, tetua, dan pemimpin agama di dalam dan luar negeri telah menentang klaimnya bahwa membatasi pendidikan dan pekerjaan bagi perempuan diperbolehkan dalam Islam. Namun, Taliban mengatakan mendapat dukungan dari para cendekiawan Muslim dari negara lain.
Turki memprakarsai pertemuan luar biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang meminta pemerintah sementara Afghanistan untuk meninjau larangan pendidikan perempuan dan bekerja di organisasi pendidikan dan non-pemerintah.
OKI juga memutuskan mengirimkan delegasi agama yang dipimpin oleh International Islamic Fiqh Academy (IIFA) untuk menekankan bahwa akses perempuan dan anak perempuan ke semua tingkat pendidikan, termasuk tingkat universitas, adalah hak fundamental sesuai dengan ajaran syariat Islam.
Erdogan mengatakan Kementerian Luar Negeri Turki serta dirinya secara pribadi akan menindaklanjuti keadaan pendidikan perempuan di Afghanistan dan tidak akan membiarkannya begitu saja.
Sekolah Turki di Afghanistan
Turki mengoperasikan 80 sekolah di Afghanistan melalui Yayasan Maarif yang didanai negara. MEE memahami Taliban sempat menutup 14 sekolah khusus perempuan Turki bulan lalu.
Pihak berwenang Turki kemudian berhasil membuka kembali sekolah dasar khusus perempuan dan saat ini mencoba membuka kembali sekolah menengah perempuan akhir tahun ini dengan menugaskan staf khusus perempuan dan mengoperasikan sekolah di gedung yang berbeda dari sekolah laki-laki.
Satu orang yang mengetahui masalah ini mengatakan pejabat Taliban tidak memberlakukan larangan menyeluruh pada pendidikan perempuan sekolah dasar dan menengah. Mereka menambahkan cara pihak berwenang memberlakukan larangan tersebut bergantung pada undang-undang provinsi yang berbeda dan penilaian pejabat pendidikan senior.
Turki tetap menjadi satu-satunya negara NATO yang memiliki kedutaan yang berfungsi di Kabul setelah pengambilalihan Taliban pada Agustus 2021.