Jumat 13 Jan 2023 19:45 WIB

Polisi Korsel Tuntaskan Penyelidikan Tragedi Itaewon, Ini Kesimpulannya

23 pejabat ke tingkat penuntutan atas kelalaian profesional yang fatal

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang menempatkan bunga untuk memberi penghormatan kepada korban gelombang kerumunan mematikan yang menewaskan lebih dari 150 orang di lingkungan Itaewon selama perayaan Halloween Sabtu malam, di area peletakan bunga darurat yang didirikan di dekat lokasi kecelakaan di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 3 November 2022.
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Orang-orang menempatkan bunga untuk memberi penghormatan kepada korban gelombang kerumunan mematikan yang menewaskan lebih dari 150 orang di lingkungan Itaewon selama perayaan Halloween Sabtu malam, di area peletakan bunga darurat yang didirikan di dekat lokasi kecelakaan di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 3 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Polisi Korea Selatan (Korsel) pada Jumat (13/1/2023) menyelesaikan penyelidikan tragedi Itaewon, Seoul tahun lalu. Dalam kesimpulannya, tim investigasi khusus polisi Korsel merujuk 23 pejabat ke tingkat penuntutan atas kelalaian profesional yang fatal hingga tuduhan lainnya.

"Tragedi massa di Itaewon adalah bencana 'buatan manusia' yang disebabkan kegagalan pihak berwenang melakukan tindakan pencegahan bencana dan segera menanggapi situasi darurat," tulis kesimpulan tim investigasi khusus polisi Korsel seperti dikutip kantor berita Yonhap News Agency, Jumat.

Baca Juga

Tragedi kerumunan massa yang berdesakan pada akhir Oktober tahun lalu merenggut 159 nyawa. Sekitar 100 ribu orang merayakan Halloween pertama sejak pandemi di Itaewon yang terkenal dengan kehidupan malamnya.

Tim investigasi polisi yang beranggotakan 501 orang mulai beroperasi melakukan penyelidikan terkait tragedi ini pada 1 November. Pihaknya kemudian memeriksa kantor distrik dan polisi, pemadam kebakaran, dan lembaga terkait lainnya di Yongsan untuk mengetahui dasar tragedi maut tersebut. Yongsan adalah wilayah administrasi yang memuat Itaewon.

Tim investigasi menyimpulkan pada Jumat, tidak ada tindakan penyelamatan darurat atau pengendalian bencana yang dilakukan oleh masing-masing lembaga sesuai dengan pedoman yang relevan untuk situasi darurat. Hal ini menyebabkan tingginya angka kematian.

Mereka yang dirujuk ke kejaksaan dengan penahanan adalah kepala kantor Lingkungan Yongsan Park Hee-young dan mantan kepala Kantor Polisi Yongsan Lee Im-jae. Keduanya dijatuhkan tuduhan kelalaian profesional yang mengakibatkan kematian.

Empat polisi lainnya dan pejabat Bangsal Yongsan juga dirujuk ke kejaksaan dengan penahanan, termasuk mantan pejabat Badan Kepolisian Metropolitan Seoul (SMPA). Ia sempat ditugasi menghapus laporan internal yang memperingatkan tentang kepadatan Halloween dan kemungkinan kecelakaan keselamatan.

Kepala SMPA Kim Kwang-ho, dua petugas SMPA lainnya yang bertanggung jawab atas pemantauan darurat, kepala Stasiun Pemadam Kebakaran Yongsan Choi Seong-beom, kepala pusat kesehatan masyarakat Yongsan dan kepala Stasiun Kereta Bawah Tanah Itaewon juga termasuk di antara mereka yang dirujuk ke pihak kejaksaan tanpa penahanan. Mereka semua dituduh lalai secara profesional atau tuduhan lain yang terkait dengan respons yang ceroboh.

Setelah pengalihan kasus, jaksa diharapkan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk dakwaan potensial untuk memutuskan apakah mereka akan diadili. Sementara itu, tim investigasi polisi memutuskan untuk tidak meminta pertanggungjawaban pejabat dari kementerian dalam negeri, pemerintah kota Seoul, atau badan kepolisian nasional atas kecelakaan mematikan tersebut.

Tim investigasi menyimpulkan, badan-badan tersebut tidak bertanggung jawab secara hukum atas tugas pengendalian massa. Mengacu pada analisis simulasi tragedi Itaewon yang dilakukan bersama Badan Forensik Nasional dan para ahli dari luar, tim investigasi juga menyimpulkan kecelakaan terjadi saat massa yang memadati gang kemacetan mulai berjatuhan.

"Setelah jatuh pertama terjadi sekitar pukul 22.15, disusul empat kali jatuh lagi di antara orang-orang di belakang. Tidak menyadari situasi ini, massa di atas terus memadati gang selama 10 menit, mengakibatkan himpitan," kata juru bicara Kim Dong-wook.

"Saat kerumunan menumpuk di gang, kepadatan kerumunan melonjak hingga 10,74 orang per meter persegi pada pukul 22.25 di jalur kemacetan selebar hampir 4 meter, membuat banyak orang didorong bolak-balik oleh kerumunan dengan kaki mereka di atas tanah," kata Kim menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement