Ahad 15 Jan 2023 16:57 WIB

Greta Thunberg dan Tambang Batu Bara

Pemerintah Jerman beralasan batu bara dibutuhkan untuk menjamin keamanan energi.

Greta Thunberg.
Foto: dok Republika
Greta Thunberg.

REPUBLIKA.CO.ID, ERKELENZ – Guyuran hujan tak menyurutkan langkah ribuan pengunjuk rasa menentang perluasan tambang batu bara di Luetzerath, Jerman. Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, berada di tengah massa yang beraksi pada Sabtu (14/1) itu.

Desa di wilayah barat Jerman itu, bakal dibersihkan. Beralih rupa menjadi tambang batu bara. Massa aksi bersitegang dengan polisi saat berupaya mencapai desa dan tambang di sana. Thunberg dan ribuan pengunjuk rasa mesti melalui lahan berlumpur akibat hujan.

Polisi mengungkapkan, sejumlah aktivis berhasil lolos dari adangan dan memasuki tambang batu bara Garzweiler. Kantor berita Jerman, DPA melaporkan, polisi menggunakan meriam air dan tameng untuk memukul mundur pengunjuk rasa.

Para aktivis mengeklaim, peserta aksi mencapai 35 ribu sedangkan polisi mengungkapkan data berbeda, yakni 15 ribu orang. ‘’Pertahankan setiap desa’’ dan ‘’Kalian tak sendirian’’ tertulis di sejumlah spanduk yang dibawa massa.

Thunberg menegaskan, nasib Luetzerath dan perluasan tambang batu bara merupakan isu yang melampaui negeri Jerman. Dalam perang melawan perubahan iklim global, jelas dia, apa yang terjadi di Jerman ini menjadi masalah semua orang.

‘’Jika salah satu pembuat polisi terbesar seperti Jerman, melakukan hal semacam ini, tentu bakal memeranguhi semua orang,’’ jelas Thunberg.  Luetzerath menjadi pemicu kritik terhadap Jerman terkait upaya memerangi perubahan iklim.

Para pegiat lingkungan mengungkapkan, membuldoser desa ini untuk memperluas tambang Garzweiler bakal menghasilkan berlimpah emisi gas rumah kaca. Pemerintah Jerman dan perusahaan RWE beralasan, batu bara dibutuhkan untuk menjamin keamanan energi.

Pemerintah daerah dan pusat termasuk Partai Hijau sepakat dengan RWE tahun lalu, mengizinkan menghancurkan desa yang dianggap terbengkalai itu. Sebagai imbalannya, dijanjikan penghentian  penggunaan batu bara dimajukan dari 2038 menjadi 2030.

Karena itu, sejumlah aktivis menyayangkan sikap Partai Hijau. Meski pimpinan partai ini menegaskan, kesepakatan itu telah memenuhi tuntutan aktivis lingkungan dan menyelamatkan desa lainnya dari penggusuran demi perluasan tambang batu bara.

‘’Aneh melihat Pemerintah Jerman, termasuk Partai Hijau melakukan kesepakatan dan berkompromi dengan RWE, perusahaan bahan bakar fosil,’’ kata Thunberg.

sumber : ap
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement