REPUBLIKA.CO.ID,Sahabat di dunia nyata tidak seindah yang dibayangkan. Pada kenyataannya sahabat terkadang lupa siapa yang jadi sahabat sejatinya. Selama ini kita menganggap sahabat itu seseorang yang benar-benar bisa mengerti kita, benar-benar bisa mengisi hari-hari kita. Seseorang yang bisa selalu ada saat kita butuhkan, itu hanya bagian dari beberapa hal yang selalu di ukirkan dengan kata “sahabat”.
Pada kenyatannya ada sahabat yang sudah bersahabat lama bahkan bertahun-tahun. Tapi, ada dari sahabat tersebut ada masih bimbang dalam hubungan persahabatannya. Seperti seorang sahabat menemukan teman baru yang bisa membuat sahabat tersebut bahagia walaupun pertemenannya bersama teman barunya tersebut hanya bersifat 'sementara'. Akhinya sahabat itu melupakan teman lamannya, dan lebih memilih bergaul dan berteman dengan kawan barunya itu.
Di dunia nyata, jarang seorang sahabat yang rela mengorbankan dirinya demi sahabatnya sendiri. Banyak persahabatan seringkali rusak karena ego masing-masing. Akibatnya, persahabatan yang sudah dijalin sejak lama, akhirnya harus berakhir karena sifat ego dan tidak mau mengalah tersebut.
Hubungan persahabatan sebenarnya mirip dengan hubungan berpacaran. Dibutuhkan kejujuran dan kepercayaan. Karena suatu kejujuran dan kepercayaan adalah fondasi yang kukuh ketika membina hubungan.
Di kampus, di sekolah, maupun di kehidupan sehari-hari, banyak persahabatan terjadi justru di saat bersenang-senang. Namun ketika salah satu pihak sedang dilanda masalah, jarang ada sahabat yang mau menemani maupun berbagi persoalan. Biasanya, salah satu pihak akan menjauh dan kemudian akan dekat kembali ketika pihak yang mempunyai masalah itu sudah mulai melupakan masalahnya.
Seharusnya seorang sahabat harus mempunyai rasa empati bukan hanya sekedar simpati. Karena rasa empati yang mendalam itu justru akan membuat persahabatan semakin kokoh. Sayangnya, sekarang ini jarang kita temui ada sahabat yang mau berbagai empati dengan sahabatnya yang lain.
Sahabat yang benar-benar sejati adalah sahabat yang mau menutupi segala kekurangan sahabatnya, bersedia apabila sahabatnya memerlukan bantuan, selalu ada dalam keadaan susah senang bersama, tidak menjelekan sahabatnnya di depan teman-temannya, tetap mengistimewakan sahabatnya walaupun sedang bersenang-senang dengan teman lainnya. Sangat disayangkan apabila hal-hal tersebut tidak ada dalam hubungan persahabatan. Karena hal tersebut adalah kunci untuk membangun persahabatan. Bila perlu persahabatan ini terus dijalin hingga usia direngut oleh Yang Maha Kuasa.
Penulis: Vanny Darmayanti, Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi YAI 2010