REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Miris melihat keberadaan patung-patung yang bertebaran di kota Jakarta. Tak terawat, kumuh dan kotor. Padahal patung-patung ini menjadi saksi perjalanan bangsa ini sejak merdeka hingga sekarang. Lihat saja mulai dari patung Pak Tani di kawasan Monas, atau Patung Selamat Datang di Bundara HI. Padahal ada nilai sejarahnya dibikinnya patung-patung tersebut. Misalnya Patung Selamat Datang dibangun untuk menyambut para atlit peserta Asian Games IV tahun 1962. Patung ini ada di depan gedung Hotel Indonesia dan berdiri persis di atas air mancur Bundaran HI. Patung perunggu ini dibuat sama Edhi Sunarso, dan dirancang sama Henk Ngantung mantan Gubernur Jakarta.
Kemudian Patung Arjuna Wijaya. Patung ini dibuat pada Agustus 1987. Patung ini menggambarkan Arjuna dalam perang Baratayudha dan dibuat oleh pematung Nyoman Nuarta. Waktu patung ini dibuat, karena keterbatasan dana, dibuat dari bahan poliester resin yang punya kelemahan mudah rapuh jika terkena sinar ultraviolet. Baru pada 2003 patung ini kembali direnovasi.
Patung lainnya adalah Patung Dirgantara. Berlokasi di daerah Pancoran ini dirancang Edhi Sunarso sekitar tahun 1964 - 1965. Patung ini menghadap ke utara dengan konsep tangannya mengacung ke Bandara Kemayoran. Karena berlokasi di Pancoran, banyak orang mengenal patung ini sebagai patung Pancoran. Tak lupa yang paling banyak disorot adalah Patung Pahlawan alias Patung Pak Tani. Sebenarnya patung ini dibuat untuk menghargai jasa para pahlawan negeri ini khususnya dari kalangan petani. Keberadaan patung ini semakin dikenal luas justru ketika terjadi tragedi kecelakaan maut yang menewaskan banyak korban beberapa bulan lalu.
Saya berharap, pemerintah daerah DKI terus merawat keberadaan patung-patung ini. Karena keberadaan patung ini bisa meningkatkan rasa nasionalisme dan memberikan keteladanan,motivasi dan isnpirasi bagi kita semua dan generasi mendatang.
Penulis: Sutri Jaya (mahasiswa LP3I Kramat Jakarta Pusat)