REPUBLIKA.CO.ID,CIPUTAT – Penggunaan alat kontrasepsi kondom di Indonesia ternyata masih cukup rendah. Padahal kondom merupakan alat kontrasepsi yang cukup ideal karena effektivitasnya yang tinggi. Kondom juga memiliki efek samping yang lebih rendah.
Hasil penelitian di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan komunitas Cireundeu – Ciputat, menunjukkan bahwa keberhasilan penggunaan kondom didasari motivasi yang kuat pihak suami dan anjuran petugas kesehatan.
Survey dilakukan dengan melibatkan 163 responden yang telah menikah. Berdasarkan data hasil tabulasi, pengguna kondom hanya berjumlah kurang dari 10 persen. Sedangkan umumnya alat kontrasepsi yang digunakan ialah yang bersifat hormonal. Seperti suntik, pil, spiral dan lainnya. Dan bahkan hampir separuh responden tidak menggunakan alkon.
Kemungkinan masih rendahnya penggunaan kondom adalah karena adanya pandangan negatif soal kondom. Kondom sering kali disebut sebagai alat pencegah infeksi menular seksual (IMS). Padahal penggunaan kondom ini sangat baik sebagai alat kontrasepsi. Pengetahuan masyarakat, bahkan intelektual seperti mahasiswa tentang alat kontrasepsi juga masih sangat rendah.
Salah satu survey cepat terakhir yang dilakukan di UMJ saat dilaksanakan seminar dalam rangka Hari Kontrasepsi Sedunia tahun 2012 menunjukkan, hampir 70 persen mahasiswa tidak tahu bahwa kondom yang dipakai secara tepat efektivitasnya lebih tinggi dari pada pil KB.
Hal ini menunjukkan adanya ketidakserasian pemberian informasi dengan hanya melihat pada kelompok berisiko tinggi IMS. Sehingga masyarakat umum berpersepsi negatif terhadap penggunaan kondom. Padahal, popularitas kondom sebagai pencegah IMS sangat popular sehingga mengakibatkan pergeseran persepsi fungsi kondom.
Bahkan, dalam protocol pencegahan penularan HIV dari orang tua ke anak, Prevention Parents to Child Transmission (PPTCT), bagi pasangan ODHA yang ingin menunda kehamilan, dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi lain. Penggunaan kondom hanya dimaksudkan untuk pencegahan pertukaran virus di antara pasangan. Padahal penelitian jelas membuktikan bahwa ukuran sperma jauh lebih besar dari pada virus.
Sekarang, sudah saatnya kita kembalikan kondom kepada fungsinya semula. Yaitu alat kontrasepsi, bukan sekedar pencegah IMS. Dibutuhkan kerja keras untuk melakukan edukasi kepada pasangan. Baik yang baru maupun yang sudah lama menikah. Bila perlu sosialisasinya kepada calon pengantin. Agar calon pengantin bisa menentukan dengan bijak alat kontrasepsi mana yang akan digunakan.
Peran petugas kesehatan juga diperlukan untuk dapat memberikan informasi yang komprehensif tentang penggunaan berbagai jenis alat kontrasepsi. Manfaat dan kemungkinan efek yang ditimbulkannya.
Penulis: Nurfadhilah – Staf pengajar dan peneliti Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ