REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO -- Kehadiran internet di masa sekarang nyaris susah menjadi sebuah kebutuhan sehari-hari. Di Indonesia, anak-anak muda sudah terbiasa dengan dunia internet. Mulai dari surfing, chatting, hingga melakukan aktivitas belajar. Meski sekarang harga modem dan pulsa provider sudah murah, namun kehadiran warung internet (warnet) masih tetap dibutuhkan oleh anak-anak muda. Lambannya jaringan internet di beberapa wilayah, membuat warnet menjadi tempat pelarian anak-anak muda di kota-kota besar.
Di Jepang, kebutuhan akan warnet juga sama besarnya dengan di Indonesia. Meski boleh dibilang hampir setiap rumah sudah mempunyai koneksi internet. Namun tetap saja, warnet menjadi tempat nongkrong dan mangkal bagi anak-anak muda disana.
Berbeda dengan warnet di Indonesia, di Jepang setiap warne dibuat senyaman mungkin. Apalagi mereka berlomba-lomba melakukan inovasi. Ada beberapa hal yang membedakan antara warnet di Indonesia dengan di Jepang. Yang paling mendasar adalah kecepatan internet di Jepang minimal sudah mencapai 10 Mbps, jauh lebih cepat dibandingkan internet di Indonesia yang rata-rata kecepatannya 500kb Mbps.
Kehadiran warnet di Jepang pun beragam. Ada warnet yang diperuntukkan untuk membaca buku komik (manga) secara gratis dengan koleksinya downloadnya cukup banyak. Tak hanya itu, warnet juga dipakai untuk tempat istirahat bagi para pekerja paruh waktu.
Biasanya tempat warnet di Jepang dibagi menjadi dua bagian yaitu ruangan terbuka dan ruangan tertutup dengan perintukkan privasi berbentuk bilik-bilik kocak (cubicles). Para penyewa bisa memilih untuk menempati satu bilik yang bisa diisi maksimal tiga orang. Terkadang mereka juga menyiapkan dua PC atau laptop dalam satu bilik. Sebagian besar bilik tersebut sudah dilengkapi dengan berbagai macam alat, mulai dari komputer itu sendiri, webcam, mic, dan juga disediakan TV untuk menonton. Tak heran, jumlah pengunjung warnet setiap harinya membludak.
Penulis dan pengolah data: Steffani Agustin (SMAN 12 Jakarta)