REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah kepemimpinan (leadership) dinilai sebagai kunci untuk mengejar target produksi minyak nasional 1 juta barel per hari (bph).
"Namun kunci jalannya adalah leadership yang mampu membangun kolaborasi, " kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (18/1/2023).
Karena menurut Dwi, tidak mungkin target produksi migas sebesar itu mampu direalisasikan sendiri oleh satu kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Harus ada kolaborasi yang didukung pembinaan terhadap sumber daya manusia (SDM) di industri hulu.
Dwi mengingatkan, SDM merupakan aset utama dalam korporasi sehingga harus serius dan fokus dalam melakukan pembinaan terhadap SDM. "Karena itu, di tengah berbagai permasalahan krusial di hulu migas yang dinamikanya sangat tinggi dan tidak menentu, pembinaan SDM sangatlah penting," ujar Dwi pada "Forum Leadership Hulu Migas 2023" di Jimbaran, Bali, 17 Januari 2023.
Pemimpin transformasional yang memiliki visi ke depan sangat diperlukan di industri hulu migas. Apalagi, lanjutnya, SKK Migas berada pada kapal yang sama dengan arah dan tujuan yang juga sama dengan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama). Karena itu, semua hal yang menjadi hambatan mesti dicarikan solusi.
"Jika ada KKKS mengalami hambatan, segera sampaikan secara terbuka. SKK Migas akan bantu mencarikan penyelesaian," kata Dwi.
Menurutnya, di tengah beratnya tantangan pengusahaan hulu migas, yang antara lain dipicu oleh kondisi geopolitik yang makin hangat (konflik Rusia dengan Ukraina), SKK Migas sendiri telah melakukan perubahan pola pikir. Seperti, jika dulu SKK Migas seperti menjadi penguasa, kini sekarang menjadi pelayan.
"Intinya, kapal SKK Migas sarat dengan agenda perubahan. Kalau tidak mau ikut berubah, silakan cari kapal yang lain," tegas Dwi.
Khusus untuk pekerja muda yang sekarang aktif di industri hulu migas, SKK Migas mendorong mereka untuk meningkatkan kompetensi secara lebih cepat. Mereka harus diberikan tantangan dan tugas.
"Karena itu, saya harap teman-teman (KKKS) bisa memberikan tugas di lapangan. Karena itulah cara yang paling cepat agar mereka menguasai teknologi," kata Dwi.
Menurutnya, ada lima langkah transformasi yang tengah dilakukan SKK Migas. Pertama, Clear Vision, yakni memproduksi 1 juta barel minyak per hari pada 2030. Kedua, Organization as Center of Excellent, yang dilakukan dengan menata organisasi dan SDM menjadi lebih baik.
Ketiga, One Door Service Policy, yang ditandai dengan berperan aktif dalam setiap pengurusan izin. Keempat, Commercialization, yakni mengakselerasi komersialisasi potensi yang ada. kelima, Digitalization, yang dilakukan dengan mewujudkan Integrated Operation Center.
Khusus terkait kepemimpinan yang dibutuhkan di industri hulu migas, Dwi Soetjipto menyebut enam karakteristik yang harus dimiliki. Yakni, visioner, kerja keras dan keteladanan, komunikatif, kepedulian, kepekaan serta fokus yang diwujudkan dengan kerja keras dan tidak menyerah.