Selasa 07 Oct 2025 18:50 WIB

Program Magang Dinilai Belum Efektif Tekan Pengangguran

Dorongan investasi di sektor padat karya dinilai lebih berdampak dibanding magang.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Program magang dinilai belum cukup kuat untuk menekan angka pengangguran di tengah lesunya sektor padat karya.
Foto: cyber university
Program magang dinilai belum cukup kuat untuk menekan angka pengangguran di tengah lesunya sektor padat karya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program magang dinilai belum cukup kuat untuk menekan angka pengangguran di tengah lesunya sektor padat karya. Pemerintah diminta untuk lebih fokus memperkuat investasi di industri manufaktur agar penyerapan tenaga kerja dapat meningkat signifikan.

Program magang kembali menjadi sorotan setelah terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2025 yang mengatur penyederhanaan durasi magang dari delapan tahun menjadi lima tahun. Aturan tersebut bertujuan mempercepat transisi tenaga kerja muda ke dunia industri. Namun, kalangan ekonom menilai kebijakan itu hanya memberikan dampak jangka pendek.

Baca Juga

Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menilai pemerintah seharusnya lebih fokus mendorong sektor padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.

“Kalau bicara jumlah peserta magang, tidak semua bisa terserap. Angkatan kerja baru dan jumlah pengangguran masih cukup besar,” kata Josua dalam acara Wealth Wisdom di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Selasa (7/10/2025).

Ia menjelaskan, anggaran pemerintah tidak dapat mengakomodasi seluruh pencari kerja baru. Karena itu, kebijakan yang mendorong investasi langsung dinilai lebih efektif untuk menciptakan lapangan kerja berkelanjutan dibanding memperluas program magang.

Josua menyoroti stagnasi industri manufaktur yang selama ini menjadi tulang punggung sektor padat karya. Sementara sektor-sektor padat modal seperti pertambangan dan energi justru tumbuh lebih cepat.

Concern kita adalah industri manufaktur yang saat ini stagnan, bahkan kontribusinya terhadap PDB terus menurun. Di sisi lain, sektor-sektor padat modal justru meningkat,” ujarnya.

Kondisi tersebut, menurut Josua, dapat mempersempit peluang kerja, terutama bagi lulusan baru yang membutuhkan pekerjaan dengan keterampilan menengah. Ia menekankan perlunya penciptaan iklim investasi yang ramah bagi industri berorientasi tenaga kerja agar pertumbuhan ekonomi lebih inklusif.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاَذَانٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖٓ اِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْاَكْبَرِ اَنَّ اللّٰهَ بَرِيْۤءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ ەۙ وَرَسُوْلُهٗ ۗفَاِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِى اللّٰهِ ۗوَبَشِّرِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ
Dan satu maklumat (pemberitahuan) dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih,

(QS. At-Taubah ayat 3)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement