REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua tentu akan mengupayakan banyak cara demi kesembuhan ketika bayinya sakit. Namun, sebaiknya, singkirkan pemberian jamu dari opsi yang ada.
Pakar kesehatan dari Persatuan Dokter Herbal Medis Indonesia dr Richard SN. Siahaan tak menyarankan bayi diberi herbal atau jamu untuk mengatasi gejala penyakit tertentu atau sebagai pengobatan mandiri. Apa alasannya?
"Menurut saya, kurang disarankan memberikan jamu ke bayi. Kalau mau ya minyak-minyak esensial (untuk tubuh luar) atau dihirup. Itu kan lebih aman," kata dia saat ditemui di kawasan Petamburan, Jakarta, Kamis (19/1/2023).
Dr Richard yang berpraktik di RSUD dr Chasbullah Abdul Majid Kota Bekasi itu menuturkan, saat ini rata-rata penelitian terkait jamu masih praklinis. Kalaupun ada studi klinisnya, itu hanya diperuntukkan untuk orang dewasa.
"Kalau dewasa, berat badannya itu yang aman 30 kilogram ke atas, itu dianggap dosis dewasa biasa kami kasih. Bobot 30 kilogram, kurang lebih usia 12 tahunlah ya, masih aman," ujar dia.
Dr Richard lalu mengingatkan masyarakat agar tak sembarang mencoba meracik obat herbal. Mereka sebaiknya berpegang pada panduan yang sudah diterbitkan Kementerian Kesehatan.
Dalam panduan, dijelaskan bahan-bahan dan takaran bahan yang aman digunakan oleh masyarakat. Menurut dr Richard, sekarang ini belum banyak literatur yang membahas interaksi antara satu herbal dan lainnya. Oleh karena itu, dia sekali lagi menegaskan agar orang-orang menggunakan panduan meramu jamu yang sudah ada bukannya meracik secara sembarang.
"Pakai ramuan yang sudah ada. Jangan nyampur-nyampur sendiri," kata dia.