REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua unit kerja koordinasi penyakit Infeksi tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Anggraini Alam, SpA(K), mengatakan, pemberian vitamin A dosis tinggi pada anak sangat penting untuk mencegah infeksi campak jadi lebih parah. "Pemberian vitamin A dosis tinggi yang biasanya setiap Februari dan Agustus itu sangat penting karena virusnya bila infeksi menurunkan kadar vitamin A dalam darah anak," katanya dalam media briefing mengenai kejadian luar biasa campak yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (19/1/2023).
Pemberian vitamin A dosis tinggi diberikan dalam dalam rentang waktu dua pekan apabila anak mengalami gizi buruk. Infeksi virus campak dapat menyebabkan kebutaan pada mata akibat keringnya kornea mata. Hal ini disebabkan karena campak menurunkan kadar vitamin A dalam tubuh.
Anggraini mengatakan, sejak tahun 2015 cakupan vaksin campak yang disebut DPT dengan vaksin pentavalen itu sudah mulai turun. Dan angkanya semakin menurun di tahun 2020 karena pandemi COVID-19.
"Secara global memang imunisasi menjadi turun cakupannya ditambah dengan negara kita yang kalaupun juga ada campak ini dianggap ringan," ucapnya.
Infeksi campak akan masuk ke tubuh dan kemudian akan ke darah. Kemudian akan muncul ruam setelah demam selama beberapa hari.
Ruam biasanya muncul di rambut dan yang paling mudah lihat adalah di belakang telinga. Yang dikhawatirkan adalah jika campak sudah menyerang ke organ mata, jantung, paru-paru dan saluran cerna serta memperburuk sistem imun.
Selain itu, Anggraini mengatakan bahwa campak juga bisa menyerang ke otak yang menyebabkan penurunan kemampuan. Dalam setahun terakhir, campak yang menyerang otak ini telah menyebabkan kematian.
"Dari 1.000 yang kena campak satu diantaranya otaknya rusak. Kejadiannya beberapa hari sampai beberapa minggu setelah campak," ucapnya.
Ia mengatakan, campak merupakan potensi wabah yang cukup tinggi dengan penularan yang mudah melalui udara. Maka itu cakupan imunitas campak harus semakin tinggi dan memantau atau melaporkan anak yang berpotensi tertular campak.
Dalam rentang tahun 2021 hingga 2022, jumlah yang terkonfirmasi suspek campak naik 32 kali lipat di Indonesia. WHO ingin di tahun 2026 target eliminasi campak tercapai.
"Bawalah ke fasyankes apabila ada demam berulang, di fasyankes tersebut tenaga kesehatan akan melaporkan demam ini sebagai suspek campak," katanya.