REPUBLIKA.CO.ID, ANCHORAGE -- Untuk komunitas terpencil di puncak dunia, menjaga beruang kutub keluar wilayah adalah kunci untuk hidup berdampingan. Hanya saja serangan langka dari predator darat terbesar di Bumi membuat patroli semakin intens.
Patroli biasa dilakukan menggunakan mobil salju atau kendaraan roda empat, mengusir beruang dengan lampu sorot atau mesin yang dihidupkan, atau membombardir dengan beanbag shotgun. Di salah satu kota di Kanada, beruang kutub yang tidak bisa ditakuti disimpan di penjara beruang ber-AC sampai mereka bisa dilepas ke lautan es. Patroli beruang seperti itu telah lama berhasil meredam konflik.
Tapi pekan ini, serangan beruang kutub membunuh seorang ibu dan putranya yang berusia setahun di Wales, desa perburuan paus kecil dan terpencil di Alaska yang patroli beruangnya telah berakhir. Insiden serangan beruang kutub fatal pertama di Alaska dalam 30 tahun itu menggarisbawahi risiko hidup berdampingan dengan makhluk itu yang beratnya bisa lebih dari 771 kg.
Beruang kutub juga lebih jarang muncul di Wales, sebuah komunitas yang merupakan titik paling barat di daratan Amerika Utara hanya 80 kilometer dari Rusia melintasi Bering Strait. Wales adalah rumah bagi sekitar 150 orang. Itu dapat diakses dengan pesawat dan kapal, termasuk tongkang yang mengantarkan barang-barang rumah tangga. Jalur musim dingin menyediakan akses mobil salju ke komunitas lain dan tempat berburu.
Wales memulai patroli beruang kutub pada 2014 dengan bantuan World Wildlife Fund yang telah mendukung pembuatan beberapa program semacam itu di komunitas utara jauh di seluruh dunia. Namun program lokal menjadi tidak aktif karena berbagai faktor, termasuk pandemi Covid-19, relatif kurangnya beruang, dan kematian pemimpinnya baru-baru ini, Clyde Oxereok.
Komunitas tersebut juga memiliki sumber daya keuangan yang lebih sedikit daripada beberapa rekannya di North Slope. Sekalipun patroli aktif, tidak jelas patroli itu bisa mencegah serangan terbaru.
Serangan pada Selasa (17/1/2023) ini terjadi pada sore hari yang biasanya bukan waktu yang berisiko untuk bertemu beruang. Pihak berwenang yang menyelidiki penyerangan tersebut mengatakan, mereka bermaksud untuk belajar dari tragedi ini dan menentukan tindakan di masa depan untuk mencegah pertemuan fatal manusia-beruang di masa depan.
Belum ada alasan yang jelas mengapa beruang itu menyerang dan tidak ada patroli yang dapat mencegah semua pertemuan antara beruang dan manusia. Namun penyerangan telah memperbaharui minat pada program semacam itu.