Kamis 26 Jan 2023 14:34 WIB

Menjaga Ucapan Salah Satu dari 77 Cabang Iman

Salah satu dari 77 cabang iman adalah menjaga ucapan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Salah satu dari 77 cabang iman adalah menjaga ucapan. Foto:   Nilai dan kwalitas manusia tercermin dari bahasa yang keluar dari mulutnya (ilustrasi)
Salah satu dari 77 cabang iman adalah menjaga ucapan. Foto: Nilai dan kwalitas manusia tercermin dari bahasa yang keluar dari mulutnya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Banten menjelaskan bahwa ada 77 cabang iman, salah satunya menjaga lidah atau menjaga ucapan. Betapa pentingnya menjaga ucapan telah disampaikan Nabi Muhammad SAW sejak dulu.

Sebagaimana diketahui, sering kali ucapan yang tidak dikontrol berpotensi melukai perasaan orang lain bahkan merusak mental orang lain yang berakibat fatal. Mengingat bahayanya ucapan yang tidak terkontrol, agama Islam mengajarkan untuk menjaga ucapan agar yang keluar dari mulut hanya ucapan yang baik.

Baca Juga

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

Tidak ada suatu katapun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). (QS Qaf: 18)

Tafsir Ringkas Kementerian Agama RI menjelaskan, ayat ini mengandung arti, tidak ada suatu kata yang diucapkannya, yang mengandung kebaikan maupun kejahatan, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat dengan sangat teliti.

Tafsir Al-Muyassar atau Kementerian Agama Saudi Arabia menjelaskan, ayat ini mengandung arti, seseorang tidak mengeluarkan kata-kata dan berbicara, kecuali di sisinya ada malaikat yang mengawasi ucapannya dan menulisnya, malaikat yang selalu hadir dan disiapkan untuk melakukan itu.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tegaknya agama adalah dengan sholat; puncak amal adalah berjuang; dan akhlak Islam yang paling utama adalah diam, sehingga orang memberi salam."

Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu meriwayatkan hadits Rasulullah SAW, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah dia berkata baik atau diam."

Menurut Imam Asy-Syafii, jika seseorang ingin berbicara, ia harus memikirkan hal yang akan diucapkan. Jika nampak kemaslahatannya, ia boleh berbicara, dan jika ragu hendaknya tidak usah bicara sehingga jelas kemaslahatannya.

Sebagian orang bijak berkata, barang siapa yang berbicara selain dalam kebaikan, maka ia telah berbuat sia-sia. Barang siapa yang melihat sesuatu tanpa mengambil pelajaran dari yang dilihatnya, maka ia benar-benar telah lupa. Barang siapa yang diam tanpa berfikir, maka ia benar-benar telah berbuat percuma.

Kata orang bijak, "Jika pembicaraan membuat kamu heran, diamlah. Jika diam telah membuat kamu heran, maka berbicaralah."

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement