REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kisah Lionel Messi di Piala Dunia 2022 telah berakhir. Namun sepak terjang sang bintang bakal tetap dikenang.
Ada banyak drama yang terjadi. Bukan hanya sekadar raihan trofi. Tapi juga pertempuran di lapangan.
Salah satunya ketika Messi memimpin tim nasional Argentina menghadapi Belanda pada perempatfinal, menjelang pertengahan Desember tahun lalu. Sepanjang 120 menit, duel di Stadion Lusail, berkesudahan imbang 2-2. Penentuan pemenang ditentukan melalui adu penalti.
Argentina berjaya di sesi tersebut. Duel panas terlihat di arena terbesar di Qatar itu. Wasit sampai mengeluarkan 17 kartu kuning, termasuk satu untuk Messi.
Saat mencetak gol lewat titik putih di waktu normal, ia berdiri di depan pelatih Belanda, Louis van Gaal. Ia menunjukkan bahasa tubuh mengejek sang arsitek. La Pulga menangkupkan kedua tangan ke telinganya.
Bukan hanya itu. Selepas pertandingan, ia memprovokasi para pemain di bench De Orange. Ia menghina striker lawan, Wout Weghourts. Nama terakhir dua kali menjebol gawang La Albiceleste.
"Saya tidak menyukai apa yang saya lakukan. Saya tidak menyukai apa yang terjadi setelahnya. Itu saat-saat penuh ketegangan. Ada banyak kegelisahan," kata Messi dalam wawancara dengan Radio Urbana Play dari Buenos Aires, dikutip dari Washington Times, Selasa (31/1/2023).
Ia menerangkan, semuanya terjadi begitu cepat. Mereka saling berbalas ejekan. Tidak ada yang direncakan.
Sebelum laga berlangsung, perang urat syaraf sudah terlihat. Van Gaal mengatakan Messi sama sekali tidak menyentuh bola saat kedua tim bertemu di semifinal Piala Dunia 2014. Saat itu Raksasa Amerika Selatan juga menang lewat adu penalti atas Netherlands.
Dalam duel di Lusail, menurut Messi, secara keseluruhan Argentina tampil lebih baik dari Belanda. Ia memilih Meksiko sebagai lawan terberat mereka karena La Albiceleste berada dalam situasi tak menentu jelang kick off.