Selasa 07 Feb 2023 16:47 WIB

NU dan Surabaya tidak Terpisahkan

NU dan Surabaya memiliki ikatan sejarah.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Joko Widodo didampingi Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyapa warga NU saat acara Resepsi Satu Abad Nahdlatul Ulama di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023). Presiden bersama Wakil Presiden dan sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju menghadiri acara Resepsi Puncak Satu Abad NU sekaligus meresmikan dan membuka kegiatan tersebut. Acara resepsi tersebut berlangsung selama 24 jam dengan diisi beragam kegiatan seperti membaca shalawat dan shalat qiyamul lail, karnaval kebudayaan nusantara, bazar UMKM, dan panggung hiburan rakyat yang akan diisi oleh sejumlah band dan musisi seperti Slank, Rhoma Irama dan Maher Zain.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Presiden Joko Widodo didampingi Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyapa warga NU saat acara Resepsi Satu Abad Nahdlatul Ulama di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023). Presiden bersama Wakil Presiden dan sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju menghadiri acara Resepsi Puncak Satu Abad NU sekaligus meresmikan dan membuka kegiatan tersebut. Acara resepsi tersebut berlangsung selama 24 jam dengan diisi beragam kegiatan seperti membaca shalawat dan shalat qiyamul lail, karnaval kebudayaan nusantara, bazar UMKM, dan panggung hiburan rakyat yang akan diisi oleh sejumlah band dan musisi seperti Slank, Rhoma Irama dan Maher Zain.

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, satu abad yang telah dilalui Nahdlatul Ulama (NU) adalah seratus tahun penuh pengabdian dan memberikan yang terbaik bagi negara. Eri pun mengatakan, NU dan Surabaya memiliki ikatan sejarah dan keduanya tidak bisa dipisahkan.

"Surabaya memiliki ikatan historis yang kuat dengan Nahdlatul Ulama. NU dan Surabaya, Surabaya dan NU, adalah hal yang tak terpisahkan," kata Eri, Selasa (7/2/2023).

Baca Juga

Eri menjelaskan, para muassis NU di bawah kepemimpinan KH Hasyim Asyari mendirikan jamiyah ini pada 16 Rajab 1344 Hijriyah atau 31 Januari 1926 di Surabaya. Pada 22 Oktober 1945, terjadi peristiwa bersejarah yakni tercetusnya Resolusi Jihad oleh Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari di Surabaya.

"Resolusi Jihad itulah yang kemudian membakar semangat perlawanan rakyat dalam melawan penjajah," ujarnya.

Eri melanjutkan, di setiap fase perjalanan sejarah bangsa ini, tidak pernah sekali pun NU luput dalam berkontribusi. Sejak era pergolakan fisik merebut kemerdekaan hingga menghadapi pandemi Covid-19 yang kini sudah terkendali. Ia pun mengajak untuk bersama-sama menjaga dan menyebarkan nilai-nilai khas NU yang akan selalu relevan sampai kapan pun.

"Yaitu Tawassuth (di tengah-tengah, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan), Tawazun (seimbang dalam segala hal), Tasamuh (toleran dan menghargai perbedaan)," kata Eri.

Eri juga mengajak bersama-sama mengucap doa, semoga Nahdlatul Ulama semakin berjaya, dan bisa menjadi jamiyah yang menjadi rumah teduh. Bukan hanya bagi jamaahnya, tetapi juga rumah bagi siapa pun yang mendamba kebersamaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement