REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah dan semua pihak terkait sedang bekerja keras untuk mewujudkan mimpi Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah 2024 termasuk Bank Indonesia (BI). Ketua Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (DEKS BI) Arief Hartawan mengatakan, terdapat beberapa inisiatif yang dilakukan BI dalam mendorong pertumbuhan ekonomi syariah, salah satunya adalah menjadikan ekonomi syariah sebagai gaya hidup.
"Ini jadi kata kunci. Salah satu program kerja BI adalah menjadikan ekonomi syariah sebagai lifestyle atau gaya hidup syariah," kata dia di Jakarta, Senin (6/2/2023).
Untuk mencapai hal tersebut, salah satu yang dilakukan adalah dengan terus mengkampanyekan gaya hidup halal yang mengedepankan ekosistem halal dan mengutamakan kualitas. Selanjutnya, penguatan kemandirian ekonomi pesantren, pemanfaatan zakat dan wakaf yang dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan dan optimalisasi pembayarannya melalui QR Code Indonesian Standard (QRIS).
BI juga menginisiasi tiga program flagship, yaitu akselerasi sertifikasi halal, penguatan ekosistem ekspor halal dan penguatan indonesia international modest fashion festival (In2MotionFest). Sementara pada pengembangan halal value chain, BI telah melakukan tiga pendekatan utama.
Pendekatan pertama yang dilakukan dengan mengembangkan halal value chain atau penguatan kapasitas pelaku usaha yang berbasis komunitas atau berjamaah secara end to end. Kemudian, penguatan kelembagaan pelaku usaha syariah dan penguatan infrastruktur pendukung yang mencakup akses pasar.
Pada pengembangan keuangan syariah, BI mendorong perluasan instrumen pasar uang syariah baik rupiah maupun valuta asing. Hal yang dilakukan adalah dengan perluasan penggunaan instrumen sifat atau sertifikat pengelolaan dana berdasarkan prinsip syariah serta pengembangan sertifikat deposito syariah dan sukuk bank indonesia inklusif.
Selain itu, edukasi maupun sosialisasi juga terus dilakukan BI melalui empat strategi yang terdiri dari penguatan saluran komunikasi melalui media digital dan jaringan media. Kemudian, penguatan pelaku edukasi, sosialisasi maupun materi,penguatan branding ekonomi syariah, serta menyelenggarakan program unggulan seperti Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF).
Diketahui, pada kuartal III tahun lalu, sektor halal value chain tumbuh 5,5 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama di 2021 yang sebesar 1,69 persen. Namun, perkembangan ekonomi syariah belum optimal karena beberapa tantangan nasional, di antaranya literasi keuangan syariah yang masih rendah. Selain itu, belum optimalnya pertumbuhan ekonomi syariah disebabkan sektor halal di hulu yang masih rendah.