REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir pada Selasa (7/2/2023) berjanji untuk mendorong peningkatan izin senjata lima kali lipat setelah serangan mematikan di sebuah sinagoga di Yerusalem Timur yang menewaskan tujuh orang. Ben-Gvir mengatakan, dia telah memerintahkan Departemen Perizinan Senjata Api untuk mempercepat penerbitan izin baru dari sekitar 2.000 per bulan menjadi 10.000.
Warga sipil yang membawa pistol di pinggul mereka adalah pemandangan umum di Israel dan di permukiman Yahudi di wilayah pendudukan Tepi Barat. Tapi Ben-Gvir berjanji untuk meningkatkan jumlah izin secara drastis setelah serangan oleh seorang pria bersenjata Palestina di sebuah sinagoga di Yerusalem Timur pada 27 Januari lalu.
Sehari setelah serangan itu, seorang anak laki-laki Palestina berusia 13 tahun menembaki sekelompok orang yang lewat di distrik Silwan di Yerusalem. Insiden ini melukai dua orang sebelum seorang warga sipil bersenjata membalas, dan melukai anak laki-laki itu.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Tuerk, memperingatkan rencana peningkatan izin senjata akan menimbulkan lebih banyak kekerasan dan pertumpahan darah. Banyak orang Israel yang akrab dengan senjata melalui wajib militer. Tetapi mereka yang ingin memiliki senjata dalam kehidupan sipil harus memenuhi sejumlah persyaratan pemerintah yang ketat.
Dalam kebanyakan kasus, hanya pistol yang diizinkan. Sementara untuk mendapatkan lisensi bergantung pada penyelesaian pelatihan senjata api.