REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah Yang Mahabaik selalu menginginkan yang terbaik bagi hamba-Nya. Namun terkadang seorang hamba tidak dapat memahami hikmah dan kebaikan dari setiap peristiwa yang ditakdirkan untuknya, baik peristiwa yang membahagiakan maupun yang membuat menderita.
Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari mengingatkan manusia agar menerima apapun yang diberikan Allah SWT, karena semua itu terjadi agar kamu mendekatkan diri kepada-Nya.
إِنَّمَا أَوْرَدَ عَلَيْكَ الْوَارِدَ لِتَكُونَ بِهِ عَلَيْهِ وَارِدًا
"Allah SWT mengaruniakan kepada kamu limpahan spiritual agar kamu bisa menghampiri-Nya." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam)
Allah SWT menganugerahkan berbagai limpahan spiritual kepada kamu, seperti kemiskinan yang membuat kamu gelisah dan kekayaan yang membuat kamu bahagia. Semua itu tidak lain hanyalah agar kamu selalu menghampiri-Nya.
Terimalah semua yang diberikan Allah SWT kepada kamu. Jika kamu diberikan kenikmatan maka bersyukurlah, niscaya Allah SWT akan menambahnya.
Jangan kufur kepada-Nya. Sebab, kamu yang akan merasakan akibat perbuatan kufur itu, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Jika kamu ditimpakan musibah maka bersabarlah dan berharap kelapangan dari-Nya. Jangan kamu menjauhi Allah SWT dan meninggalkan perintah-Nya, karena hal itu justru akan membuat kamu makin sengsara.
Baca juga: 4 Sosok Wanita yang Bisa Mengantarkan Seorang Mukmin ke Surga, Siapa Saja?
Naik atau turunnya nikmat yang kamu terima adalah sebuah kebaikan yang mengandung hikmah sangat mendalam. Terkadang, akal mampu mencernanya, dan terkadang akal justru lemah dalam menganalisisnya. Pastinya, segala sesuatu ada hikmahnya.
Kebahagiaan yang hakiki adalah ketika kamu dekat dengan Allah SWT Yang Mahabaik. Sedangkan kesengsaraan hakiki adalah ketika kamu menjauh dari Allah SWT, walaupun Allah Yang Mahabesar selalu dekat bersama kamu.
Hal ini dijelaskan Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam dengan penjelasan tambahan oleh Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017.