REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang memastikan stok pangan di daerahnya aman. Hal ini diungkapkan mengingat ada prediksi kenaikan inflasi di Indonesia pada 2023.
Wali Kota Malang, Sutiaji mengatakan, inflasi di Kota Malang pada bulan lalu berhasil dikendalikan. Sebab, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melakukan pendekatan-pendekatan meminimalisasikan dampak inflasi dengan baik. "Jadi mulai dari jajaran perangkat daerah di Pemerintah Kota Malang, Bulog, BPS, Bank Indonesia, OJK, dan instansi lain yang tergabung dalam Pemkot Malang langsung bergerak cepat mengantisipasi dampak yang kemungkinan muncul," kata Sutiaji di Kota Malang.
Melalui perangkat daerah terkait, pemantauan di tempat perbelanjaan terbilang cukup efektif menenangkan pasar. Dia juga mengklaim tidak ada lonjakan harga di pasar. Situasi ini dinilai menandakan berimbangnya permintaan dan penawaran.
Selain itu, Pemkot Malang juga memastikan stok bahan kebutuhan pokok yang ada di pasar terbilang aman. Demikian juga stok beras di Perum Bulog Malang yang masih tersedia 1.336.645 kilogram (kg) per 10 Februari lalu. Kemudian gula masih tersedia sekitar 86.887 kg dan minyak goreng 39 ribu liter.
Sutiaji juga menegaskan, informasi dan literasi akan terus diberikan kepada masyarakat. Hal ini bertujuan agar tidak ada permainan pasar untuk memanfaatkan peluang yang ada.
Sutiaji menilai perilaku pasar sangat positif dan terkendali baik dari penjual serta konsumen. "Karenanya, masyarakat diminta untuk tidak gegabah dan berbelanja sesuai dengan kebutuhan yang sewajarnya," jelas pria berkacamata ini.
Sebelumnya, Kota Malang mengalami inflasi pada Januari 2023 dengan angka 0,15 persen. Hal ini menyebabkan Kota Malang menjadi daerah inflasi terendah di Jawa Timur (Jatim). "Sedangkan inflasi yang tertinggi di Jawa Timur dialami oleh Kabupaten Sumenep dengan angka 0,63 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini.
Menurut Erny, ada sejumlah komoditas utama yang memberikan andil inflasi di Kota Malang. Komoditas penyumbang inflasi terbesar di Kota Malang berasal dari harga kontrak rumah. Komoditas ini mengalami kenaikan harga sebesar 2,44 persen dengan andil inflasi sekitar 0,167 persen.
Komoditas penyumbang inflasi terbesar kedua di Kota Malang, yakni beras. Komoditas ini pada Januari lalu mengalami kenaikan harga sekitar 2,81 persen. Sementara itu, andil inflasinya pada bulan lalu sebesar 0,088 persen.
Selanjutnya, cabai rawit menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar ketiga di Kota Malang. Menurut Erny, salah satu bahan utama dapur ini mengalami kenaikan hingga 41,19 persen. Namun andil inflasinya di Kota Malang hanya sekitar 0,079 persen.
Di samping itu, ada pula rokok kretek, minyak goreng dan emas perhiasan. Lalu komoditas cabai merah, bawang putih dan tiket kereta api. Seluruh komoditas tersebut tercatat telah menyumbang inflasi di Kota Malang pada Januari lalu.