REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bos Twitter Elon Musk tampaknya belum selesai membebankan biaya kepada pengguna yang mengandalkan platform tersebut. Twitter berencana mulai meminta 100 dolar AS atau Rp 1,5 juta per bulan tingkat dasar untuk mengakses antarmuka pemrograman aplikasi (API) Twitter.
Ini digunakan pengembang dan peneliti untuk menganalisis tweet publik. Perusahaan dijadwalkan untuk melakukan perubahan pada 13 Februari, tetapi Twitter mengatakan pada Senin akan menunda perubahan beberapa hari lagi.
“Ada antusiasme yang sangat besar untuk perubahan yang akan datang dengan Twitter API. Kami menunda peluncuran platform API baru beberapa hari lagi,” kata @TwitterDev.
Awalnya, Twitter mengatakan akan mengakhiri versi gratis API-nya pada 9 Februari. Namun, langkah tersebut menuai kritik luas.