REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persoalan utang-piutang Anies-Sandi saat Pilkada DKI 2017 masih terus bergulir. Uniknya, keberadaan utang-piutang itu justru dibongkar oleh mantan pasangan Anies Baswedan sebagai cagub dan cawagub Jakarta, Sandiaga Uno.
Pengamat komunikasi politik, Jamiluddin Ritonga menilai, tersebarnya surat perjanjian utang Anies saat Pilkada 2017 lalu sangat politis. Ia merasa, surat perjanjian itu sengaja dibocorkan dengan tujuan untuk mempermalukan Anies.
"Lebih jauh lagi agar masyarakat tidak mempercayai Anies," kata Jamiluddin, Selasa (14/2).
Dia menerangkan, indikasi kesengajaan itu dapat dilihat dari waktu dibocorkan surat perjanjian utang tersebut. Sebab, persoalan itu sengaja dibocorkan setelah Anies Baswedan dideklarasikan sebagai capres oleh Nasdem, Demokrat dan PKS.
Padahal, dia berpendapat, dalam surat perjanjian itu jelas dinyatakan utang akan dikembalikan bila Anies kalah dalam Pilkada 2017 dan kewajiban itu akan gugur bila Anies menang. Hasilnya, Anies dan Sandi menang dalam Pilkada DKI 2017.
Dengan begitu, Jamiluddin menilai, perjanjian utang tersebut otomatis tidak berlaku. Dia menilai, pihak pembocor surat perjanjian itu sebetulnya sudah mengetahui Anies Baswedan tidak memiliki utang terkait Pilkada DKI 2017.
"Namun, karena birahi politiknya untuk menghancurkan reputasi Anies, maka isu itu tetap saja diluncurkan ke publik," ujar Jamiluddin.
Dosen Komunikasi Universitas Esa Unggul itu merasa, isu sebenarnya tidak perlu membesar bila Sandi cepat menjelaskan duduk persoalan sebenarnya. Namun, Sandi terkesan mengambangkan persoalan itu dengan menyatakan sudah mengiklaskannya.
Jawaban Sandiaga Uno itu mengesankan Anies memang memiliki utang. Hal itu yang membuat isu utang Anies cepat membesar dan jadi konsumsi publik. Padahal, dalam surat perjanjian, Anies otomatis tidak memiliki utang saat dinyatakan menang.
Hal itu tentu saja diketahui Sandi. Jawaban mengambang Sandi membuat pembenci Anies menggunakan isu itu untuk semakin menyudutkan Anies dan dimanfaatkan pesaing menjatuhkan citra Anies. Semakin terlihat ada sinergitas kompetitor.
Anies, lanjut Jamiluddin, harus dilumpuhkan dengan cara apapun, termasuk dengan kemasan isu utang. Ia melihat, sebagian elit politik masih menggunakan kampanye hitam untuk menghantam lawan politik di era keterbukaan informasi seperti kini.
Akibatnya, isu utang untuk menghancurkan reputasi Anies tampak tidak berhasil. Justru, yang terjadi efek bumerang kepada pihak-pihak yang mengangkat isu itu. Setidaknya, ia mengingatkan, ini harus menjadi pembelajaran bagi politisi.
"Tanpa kecermatan bermain isu, politisi itu akan dipermainkan isunya sendiri. Itu sangat berbahaya bagi dirinya sendirinya," kata Jamiluddin.