REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, negaranya siap menempuh semua cara yang memungkinkan untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Dia pun mendesak masyarakat internasional mengambil tindakan guna menghentikan proliferasi senjata canggih Iran.
“Ketika kita berbicara tentang mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, kita harus menyimpan semua cara yang mungkin, saya ulangi, semua cara yang mungkin, ada di atas meja,” kata Gallant saat berbicara di sela-sela Munich Security Conference, Jumat (17/2/2023).
Dia pun mengharapkan adanya intervensi komunitas internasional agar Iran menyetop proliferasi senjatanya. “Iran saat ini sedang mengadakan diskusi untuk menjual senjata canggih, termasuk UAV dan PGM, ke tidak kurang dari 50 negara berbeda,” ucap Gallant merujuk pada drone tempur dan amunisi berpemandu presisi.
Pada Desember tahun lalu, mantan menteri pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan, negaranya telah meningkatkan kesiapan untuk menyerang Iran. Dia secara khusus meminta pilot Angkatan Udara Israel agar bersiap jika suatu saat ada instruksi untuk menghancurkan situs nuklir milik Teheran.
“Anda dapat melintasi langit ke timur dalam dua atau tiga tahun dan mengambil bagian dalam serangan terhadap situs nuklir di Iran, yang sedang kami persiapkan, sambil meningkatkan kesiapan secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir,” kata Gantz saat berpidato di upacara kelulusan Angkatan Udara Israel, 28 Desember 2022 lalu, dilaporkan Bloomberg.
Kekhawatiran Israel terhadap Iran meningkat sejak mereka mengetahui bahwa Rusia meminta suplai militer dari negara tersebut. Iran sudah mengakui laporan yang menyebut mereka mengirimkan pesawat nirawak (drone) tempur ke Rusia. Namun Iran menegaskan bahwa pengiriman drone itu berlangsung sebelum konflik di Ukraina pecah.
Terkait kerja sama militer Iran dan Rusia, Israel khawatir hal itu dapat mendorong Teheran meminta bantuan Moskow untuk keperluan program nuklirnya. Israel tak mempercayai pernyataan Iran yang menegaskan bahwa program nuklir mereka hanya untuk tujuan damai.
Saat ini proses atau upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) juga masih belum menemui titik terang.
Pada 2007, Israel pernah menghancurkan reaktor nuklir milik Suriah yang belum rampung dibangun. Pada 1981, Israel juga pernah menghancurkan reaktor riset Osirak di Irak. Kala itu Irak mempunyai program yang berkembang baik di bawah kepemimpinan Saddam Hussein. Dua peristiwa itu dapat menjadi preseden bahwa Israel akan melakukan serangan serupa terhadap Iran.