Senin 20 Feb 2023 09:54 WIB

Masyarakat Didorong Kuasai Kemampuan Dasar Digital di Tengah Ketergantungan pada Internet

Kemampuan yang sering digunakan salah satunya saat memakai mesin pencarian.

Jaringan internet (ilustrasi).
Foto: Www.freepik.com
Jaringan internet (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masa pandemi telah membawa perubahan pola kerja menjadi hybrid setelah melewati fase daring atau remote working yang bisa dilakukan di mana saja termasuk dari rumah. Hal ini menyebabkan peningkatan pengguna internet yang pada 2022 menurut We Are Social dan Hoot Suit mencapai 204,7 juta atar 73,7 persen dari populasi Indonesia. 

Tak sekadar menjadi pengguna saja, individu pemakainya harus memiliki kecakapan digital dengan mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital. Termasuk di dalamnya yaitu menggunakan mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi dompet digital, marketplace dan transaksi digital.

Baca Juga

“Pengetahuan dasar pengoperasian perangkat lunak dan apikasi ini sebenarnya sudah dilakukan sehari-hari saat kita memakai laptop atau ponsel pribadi,” ungkap Tio Prasetyo, Market Lead for FIFA Indonesia, narasumber kegiatan literasi digital #makincakapdigital 2023 segmen Pendidikan DKI Jakarta Banten, akhir pekan kemarin.

Kemampuan dasar digital yang sering digunakan salah satunya saat memakai mesin pencarian. Namun tak sekadar mengetik kata kunci yang sedang dicari informasinya, penggunaan mesin pencarian bisa lebih efektif lagi begitu tahu beberapa fitur penting untuk mengoptimalkannya.

“Banyak hal yang bisa kita explore sesimpel kita mencari gambar, mencari berita, atau video itu semua ada. Kita tinggal pilih. Kalau kita cari gambar ada size-nya, tipenya seperti apa landscape atau portrait,” sambungnya lagi.

Kemudian Tio menjelaskan mengenai aplikasi percakapan dan media sosial yang saat ini sudah familiar digunakan, misalnya WhatsApp, Line, Twitter hingga Instagram. Namun, ia menambahkan di berbagai negara berbagai jenis aplikasi ada yang lebih popular. 

Kemudian karakteristik dari tiap aplikasi percakapan dan media sosial juga berbeda-beda, pengguna pun harus memahaminya. Misalnya Twitter lebih mengandalkan penggunaan kata-kata, Instagram lebih kepada gambar, sementara ada pula YouTube yang memiliki keleluasaan dalam mengunggah video panjang dan TikTok memiliki video singkat. Semua aplikasi tersebut juga memiliki fitur yang berbeda-beda.

“Sosial media ini selalu berkembang, berubah-ubah, envolved dari hari ke hari, jadi memang orang Indonesia ini suka menunjukkan sesuatu daari kehidupan mereka. Perbedaan aplikasi dan karakter usernya sangat terlihat di sini,” paparnya lagi.

Dalam percakapan yang berkembang di era digital, kini orang juga lebih sering menggunakan emoji untuk mengekspresikan emosi sesimpel ingin tertawa. Namun penggunaan media sosial juga harus berhati-hati, lantaran sangat riskan digunakan pelaku kejahatan untuk melakukan penipuan. 

“Tapi yang paling penting dari sosial media ini kita bisa mendistribusikan konten-konten kita, karya kita ke orang-orang,” kata Tio.

Untuk diketahui, Program Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. 

Kali ini hadir pembicara-pembicara program kegiatan Literasi Digital #MakinCakapDigital di tahun 2023 yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Market Lead for FIFA Indonesia, Tio Prasetyo dan Ketua Bidang Ekonomi Digital dan UMKM Sobat Cyber Indonesia, Muhammad Miqdad Nizam Fahmi serta Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al-Azhar Indonesia, Cut Meutia Karolina, demikian dilansir dari Antara.

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement