Selasa 21 Feb 2023 16:39 WIB

Polisi Papua Nugini Lakukan Operasi Penyelamatan Profesor Australia yang Diculik

Profesor yang diculik itu adalah seorang arkeolog di sebuah universitas Australia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi penculikan. Polisi Papua Nugini melakukan operasi penyelamatan terhadap seorang profesor Australia dan tiga peneliti yang diculik.
Foto: IST
Ilustrasi penculikan. Polisi Papua Nugini melakukan operasi penyelamatan terhadap seorang profesor Australia dan tiga peneliti yang diculik.

REPUBLIKA.CO.ID, PORT MORESBY -- Polisi Papua Nugini melakukan operasi penyelamatan terhadap seorang profesor Australia dan tiga peneliti yang diculik. Pada akademisi itu dibawa oleh penculik yang menodongkan senjata pada Ahad (19/2/2023) pagi.

Dalam sebuah pernyataan, Komisaris Polisi David Manning menggambarkan orang-orang bersenjata itu sebagai penjahat bersenjata yang menginginkan uang tunai sebagai imbalan atas pembebasan para tawanan. Manning mengatakan, personel keamanan khusus dikerahkan untuk operasi penyelamatan di daerah dataran tinggi terjal di Papua Nugini.

Baca Juga

“Personel pasukan keamanan khusus akan menggunakan segala cara yang diperlukan untuk melawan para penjahat, termasuk menggunakan kekuatan mematikan, untuk memberikan keselamatan dan keamanan orang-orang yang ditahan,” kata Manning, dilaporkan Aljazirah, Selasa (21/2/2023).

Dataran tinggi terjal di Papua Nugini adalah bentangan luas bukit-bukit yang diselimuti hutan. Pemerintah pusat dan pasukan keamanan hanya memiliki sedikit pengaruh di wilayah itu. Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah ini mengalami peningkatan perang suku dan masuknya senjata modern.

Profesor yang diculik itu adalah seorang arkeolog di sebuah universitas Australia. Dia sedang melakukan kunjungan lapangan ke desa terpencil Fogoma'iu di wilayah Gunung Bosavi. Profesor itu belum diidentifikasi secara publik karena sensitivitas situasi. Sementara ketiga peneliti lain yang mendampingi profesor Ausrralia tersebut merupakan mahasiswa universitas Papua Nugini.

Polisi mengatakan orang-orang bersenjata itu secara kebetulan melihat kelompok peneliti tersebut dan membawa mereka ke hutan. Mereka ditahan di dekat Fogoma'iu di perbatasan Provinsi Southern Highlands dan Hela. Para penculik awalnya menuntut tebusan sekitar 1 juta dolar AS dalam waktu 24 jam untuk menjamin pembebasan para sandera. Jumlah permintaan uang tebusan itu kemudian dibatalkan, dan tenggat waktu dihapuskan.

“Kami menawarkan jalan keluar bagi para penculik.  Mereka dapat membebaskan tawanan dan mereka akan diperlakukan secara adil melalui sistem peradilan pidana, tetapi kegagalan untuk mematuhi dan menolak penangkapan dapat membuat para penjahat ini kehilangan nyawa mereka,” kata Manning.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement