REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mendorong kesetaraan gender di ekonomi digital dan hijau. Perempuan dapat memperoleh akses, peran yang setara dan pekerjaan di dunia ekonomi tersebut.
"Bagaimana kita memastikan bahwa dalam tren baru ini dan dalam waktu dekat perempuan akan memiliki kesempatan yang sama, benar-benar dapat mewujudkan kesempatan ini untuk memainkan peran setara dalam pekerjaan sangat penting di masa depan seperti ekonomi digital dan hijau," kata Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (21/2/2023) malam.
Saat menjadi pembicara dalam acara global bertajuk Empowering Women to Shape the Future of Jobs yang tayang di YouTube Bank Dunia, Menkeu menuturkan terdapat sejumlah hambatan terberat bagi perempuan untuk dapat berpartisipasi dalam ekonomi digital dan hijau yang harus diatasi. Hambatan tersebut meliputi antara lain nilai keluarga, budaya, agama, peraturan, serta pandangan tentang perempuan yang dianggap kurang kompeten karena tidak mempunyai pendidikan di bidang ilmu teknologi dan matematika.
Oleh karena itu, Sri Mulyani mengatakan perlu mempromosikan lebih banyak perempuan dapat memenuhi syarat atau berpartisipasi tidak hanya dalam pendidikan dasar tetapi juga pendidikan tinggi termasuk di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).
Selain itu, perempuan juga perlu mendapatkan pendidikan literasi digital sehingga mereka bisa mendapatkan manfaat semaksimal mungkin dari perkembangan digital dan teknologi finansial (financial technology/fintech). Para perempuan diharapkan dapat memiliki peluang baru dan mengambil kesempatan di mana ekonomi dan negara menjadi semakin digital.
Menurut Menkeu, banyak bisnis kini berubah menjadi platform dan pasar digital, dan kondisi itu memberikan keleluasaan bagi para perempuan untuk bisa tetap tinggal di rumah mengurus anak dan rumah tangga sekaligus lebih produktif dengan menggunakan keterampilan kewirausahaan untuk mengakses pasar.
"Tapi semua ini akan membutuhkan pengetahuan digital dan ini biasanya didukung oleh orang lain," ujarnya.
Dalam mendukung kesetaraan gender, Menkeu Sri Mulyani menyampaikan bahwa Indonesia memiliki sejumlah program untuk memastikan perempuan akan siap menghadapi era baru berbasis digital dan ekonomi hijau, seperti Gerakan Nasional 1000 Startup Digital yang diluncurkan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Program tersebut bertujuan untuk memberikan peluang kewirausahaan berbasis teknologi digital ke seluruh penjuru nusantara sekaligus memberdayakan perempuan wirausaha.
Selanjutnya, ada program Kakak Asuh UMKM (KAU) serta penyediaan dan pembuatan e-katalog bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, yang bertujuan untuk mempercepat upaya transformasi digital para pelaku UMKM, terutama melalui online marketplace.
Indonesia juga meluncurkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) agar masyarakat Indonesia mencintai dan menggunakan karya anak bangsa, utamanya produk UMKM lokal sehingga UMKM lokal lebih maju. Inisiatif Gernas BBI diharapkan dapat mengakselerasi pencapaian target jumlah UMKM Indonesia yang go digital menjadi 30 juta pada tahun 2024, meningkatkan permintaan produk UMKM yang akan mendorong peningkatan kelas UMKM, serta menciptakan multiplier effect berupa pertumbuhan ekonomi.
"Ini semua program yang biasanya penerima manfaat adalah perempuan pengusaha yang tahu baik bahwa melalui program pemerintah ini mereka dapat memperluas pasar, menerima bantuan teknis terkait pengemasan dan kualitas produk.
Di samping itu, Kementerian Keuangan juga mempromosikan layanan keuangan yang terjangkau bagi UMKM yang mayoritas pelakunya juga perempuan. "Bahkan dalam hal ini melalui pembiayaan, kami juga memberikan pembiayaan bersubsidi untuk sebagian besar pengusaha kecil perempuan di Indonesia. Jadi, ini juga selaras dengan strategi nasional untuk inklusi keuangan perempuan," tuturnya.
Menkeu Sri Mulyani mengatakan banyak bukti ilmiah dan penelitian yang menunjukkan bahwa kesetaraan gender dengan memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan tidak hanya berdampak baik untuk ekonomi dan negara tetapi juga bagi keluarga, terutama generasi muda.
"Generasi muda dan anak-anak yang nantinya dapat melihat contoh nyata bahwa tidak ada batas, tidak ada kendala apakah anda laki-laki atau perempuan dan itu bisa sangat penting berpengaruh bagi generasi penerus," katanya.