Rabu 22 Feb 2023 17:34 WIB

Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Turun, Rekor di Posisi Terendah

Pemerintah Korsel dianggap telah gagal membalikkan penurunan tingkat kelahiran.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Bayi baru lahir. Tingkat kesuburan atau angka kelahiran di Korea Selatan kembali turun dari tahun lalu, kali ini ke rekor terendah, menurut data yang ditunjukkan pada Rabu, (22/2/2023).
Foto: pixabay
Ilustrasi Bayi baru lahir. Tingkat kesuburan atau angka kelahiran di Korea Selatan kembali turun dari tahun lalu, kali ini ke rekor terendah, menurut data yang ditunjukkan pada Rabu, (22/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Tingkat kesuburan atau angka kelahiran di Korea Selatan kembali turun dari tahun lalu, kali ini ke rekor terendah, menurut data yang ditunjukkan pada Rabu, (22/2/2023). Rendahnya angka kelahiran ini mencatat tonggak tersuram negeri ini, sehingga membuat Korea Selatan menjadi negara dengan jumlah kelahiran anak terendah di dunia dari setiap wanita dewasa.

Jumlah rata-rata bayi yang diharapkan per wanita Korea Selatan selama masa reproduksinya turun menjadi 0,78 pada 2022. Dan angka tersebut terus turun dari 0,81 tahun 2021 sebelumnya, menurut data tahunan resmi dari Statistik Korea.

Baca Juga

Angka tersebut yang terendah di antara negara-negara di Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang memiliki angka rata-rata 1,59 pada 2020, dan jauh di bawah 1,64 di Amerika Serikat dan 1,33 di Jepang pada tahun yang sama. Sementara untuk Ibukota negara, Seoul mencatat tingkat kelahiran terendah 0,59.

Pemerintah Korea Selatan dianggap gagal membalikkan penurunan tingkat kelahiran meskipun menghabiskan miliaran dolar setiap tahun untuk subsidi pengasuhan anak. Pada 2020, Korea Selatan satu-satunya negara di antara anggota OECD yang memiliki tingkat kelahiran di bawah 1, sehingga populasi negaranya terus menyusut.

Menikah harus memiliki anak di negara ini dipandang bukan sebagai prasyarat lagi di Korea Selatan. Padahal jumlah pasangan yang menikah juga merosot di negara tersebut, di tengah tingginya biaya perumahan dan pendidikan. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement