REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- MIND ID dan Inalum yang sebelumnya menjadi satu entitas, melalui regulasi yang baru, MIND ID dipisahkan dari Inalum. MIND ID fokus menjadi strategic holding yang akan mengorkestrasi 6 (enam) perusahaan operating company, yakni PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum, PT Timah Tbk, dan PT Vale Tbk.
Langkah ini diharapkan dapat menciptakan sinergi dan efisiensi yang lebih optimal dalam penyusunan strategi serta pelaksanaan fungsi secara terfokus dan tidak tercampur dengan kegiatan operasional.
Hendi Prio Santoso selaku Direktur Utama MIND ID menjelaskan bahwa langkah pemisahan MIND ID dan PT Inalum merupakan keputusan yang tepat melalui skema split-off, dan akan menjadikan kedua perusahaan ini fokus serta lebih professional menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
“Selama ini, secara legal, PT MIND ID belum ada. Dengan hadirnya PP akhir tahun lalu, MIND sudah sah menjadi holding company dan PT Inalum bisa fokus kembali menjadi operating company. Manajemen MIND ID akan lebih fokus pada penyusunan strategi dan bukan operasional,” ujar Hendi.
MIND ID dibawah kepemimpinan Hendi Prio Santoso mencatatkan kinerja dan pertumbuhan yang baik serta memiliki rencana jangka pendek maupun menengah hingga Panjang yang gemilang. Sejalan dengan mandat Pemerintah, MIND ID memiliki Program Kerja Strategis, yakni meningkatkan pertumbuhan eksplorasi dan produksi secara agresif, meningkatkan daya saing biaya melalui digital, serta membangun aset hilirisasi berskala global.
Presiden RI Joko Widodo beberapa kali dengan tegas menekankan pentingnya hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah. MIND ID sebagai Holding Tambang di Indonesia memiliki peran sebagai kolaborator dan mendorong sinergi aliansi strategis untuk ekspansi bisnis baru hilirisasi, serta pengembangan kapabilitas dan optimasi portofolio hilirisasi.
“MIND ID mendukung penuh pemerintah membuktikan bahwa Indonesia bisa jadi tuan rumah untuk industri yang berkelanjutan. Dari sisi kita menyediakan bahan baku yang lebih siap pakai untuk menjadi barang jadi industri. Kami terus bekerja sama dengan pemerintah untuk mencarikan jalan terbaik,” jelas Hendi.
Hilirisasi memang menjadi program prioritas dengan beberapa tantangan yang harus dihadapi. Namun, sesuai dengan cita – cita Pemerintah membentuk MIND ID sebagai Holding sejak 2017 silam, Hendi memastikan beberapa proyek strategis guna mendukung hilirisasi berlangsung sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh apa yang dikerjakan PT Timah Tbk, melalui proyek smelter berteknologi TSL (Top Submerged Lance) Ausmelt Furnace. Melalui smelter ini, PT Timah mampu mengolah atau meleburkan konsentrat biji timah dengan kadar 40 persen (low grade). Proses peleburan yang lebih cepat dari smelter baru ini memperlihatkan efisiensi 25 persen hingga 34 persen dibandingkan smelter eksisting, dan beberapa waktu lalu telah dikunjungi oleh Presiden RI, Joko Widodo.
Selanjutnya, PT Antam Tbk juga memastikan Smelter Feronikel yang berlokasi di Halmahera Timur mulai Beroperasi tahun 2023. Sedangkan PT Freeport Indonesia juga berkomitmen untuk terus mengejar progress proyek Smelter Tembaga terbesar di dunia yang berlokasi di Manyar, Gresik, di Kawasan JIIPE yang ditargetkan bakal rampung proses konstruksinya pada akhir tahun 2023 dan mulai beroperasi pertengahan tahun 2024.
PT Inalum sendiri juga fokus untuk mengerjakan Proyek Port Upgrading dan Proyek Brownfield bersama dengan Emirates Global Aluminium (EGA), Hal ini untuk memaksimalkan Hilirisasi Produk Aluminium hingga dapat melipatgandakan produksi Aluminium.
“Diperlukan kolaborasi dan sinergi berbagai pihak untuk bisa mewujudkan cita – cita Hiliriisasi di Indonesia guna menambah nilai yang lebih maksimal untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Karena MIND ID mengelola sumber daya alam untuk peradaban, kemakmuran, dan masa depan yang lebih cerah”, tutur Hendi.