REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang muslim hendaknya meninggalkan hal yang tidak bermanfaat bagi dirinya. Sebaliknya, dia harus menyibukkan diri pada hal yang penting untuknya dari urusan agama dan dunia.
Dikutip dari buku Hadits Arbain An-Nawawi, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,
عن أبي هريرة ـ رضي الله عنه ـ قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم ـ: «مِنْ حُسْنِ إسْلامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
"Di antara kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak penting baginya." (Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan lainnya seperti ini). Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2317, Ibnu Majah, no. 3976; a-Baghawi dalam Syarh as-Sunnah, 14/320, al-Baihagi dalam al-Arba’un ash-Shughra, no. 19, dan lihat Shahih al-Jami’, no, 5911.
Kandungan Hadits: :
1. Tingkat keislaman (seseorang) itu berbeda-beda, ada
yang baik dan ada yang tidak baik, berdasarkan sabda
beliau, (Di antara kebaikan Islam seseorang).
2. Manusia semestinya meninggalkan apa yang tidak berguna baginya, baik dalam urusan agama maupun dunianya, karena hal itu lebih memelihara waktunya, lebih selamat untuk agamanya, dan lebih mudah untuk menutupi kekurangannya. Seandainya ia ikut campur dalam berbagai urusan manusia yang tidak berguna baginya, niscaya ia penat. Tetapi jika ia berpaling darinya dan tidak sibuk kecuali pada apa yang berguna baginya, maka itu akan menjadi ketentraman dan ketenangan baginya.
3. Manusia tidak boleh menyia-nyiakan apa yang berguna baginya, yakni apa yang penting baginya dari urusan agama dan dunianya. Dia semestinya memperhatikannya, sibuk dengannya, dan melakukan sesuatu yang memudahkannya mencapai tujuan.