Kamis 02 Mar 2023 19:19 WIB

Menlu Rusia dan Cina  Bertemu di Sela Agenda G20

Selain hubungan bilateral, Lavrov dan Qin turut mendiskusikan isu Ukraina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ferry kisihandi
 Dalam foto selebaran yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Luar Negeri Rusia ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov (kiri) dan Menteri Luar Negeri China Qin Gang berfoto di sela-sela pertemuan menteri luar negeri G20 di New Delhi, India, Kamis (2/3/2023).
Foto: Russian Foreign Ministry Press Service via AP
Dalam foto selebaran yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Luar Negeri Rusia ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov (kiri) dan Menteri Luar Negeri China Qin Gang berfoto di sela-sela pertemuan menteri luar negeri G20 di New Delhi, India, Kamis (2/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov dan Menlu Cina Qin Gang melakukan perbincangan bilateral di sela-sela pertemuan menlu negara anggota G20 di New Delhi, India, Kamis (2/3/2023). 

Itu menjadi pertemuan perdana Qin dengan Lavrov sejak dia menjabat sebagai menlu Cina. Qin menyinggung tentang kunjungan Direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Pusat Partai Komunis Cina, Wang Yi ke Moskow pada 21-22 Februari lalu. Dia menyebut, Moskow dan Beijing mencapai kesepakatan luas selama kunjungan Wang. 

"Berkat peran panduan strategis para pemimpin kami, hubungan kami (Cina-Rusia) terus berkembang dengan mantap dan sehat, memberikan contoh positif hubungan bilateral antara negara-negara besar," kata Qin, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Selain membahas hubungan bilateral, Lavrov dan Qin juga turut mendiskusikan tentang isu Ukraina. 

"Sergei Lavrov dan Qin Gang juga membahas situasi saat ini di sekitar Ukraina, termasuk sikap Kemenlu Cina pada penyelesaian politik krisis Ukraina, dan mempertimbangkan sejumlah isu internasional," kata Kemenlu Rusia dalam sebuah pernyataan.

Kemenlu Rusia menambahkan, kedua belah pihak sepakat menolak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, memaksakan pendekatan sepihak melalui pemerasan dan ancaman, dan  menentang demokratisasi hubungan internasional. 

Pada peringatan satu tahun perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari lalu, Cina merilis dokumen bertajuk merilis China’s Position on the Political Settlement of the Ukraine Crisis. Dokumen itu berisi 12 poin usulan Cina untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina.

Kedua belas poin itu  menghormati kedaulatan semua negara, meninggalkan mentalitas Perang Dingin, menghentikan permusuhan, melanjutkan pembicaraan damai, menyelesaikan krisis kemanusiaan, melindungi warga sipil dan tahanan perang.

Selain itu,  menjaga keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir, mengurangi risiko strategis seperti penggunaan senjata nuklir dan senjata kimia, memfasilitasi ekspor gandum, menghentikan sanksi sepihak, menjaga stabilitas industri dan rantai pasok, serta mempromosikan rekonstruksi pascakonflik.

Tak lama berselang, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berencana bertemua Presiden Cina Xi Jinping. “Saya berencana bertemu Xi Jinping dan percaya ini bermanfaat bagi negara kami dan keamanan dunia,” katanya. 

Ia mengaku terbuka mempertimbangkan bagian dari rencana gencatan senjata 12 poin yang diusulkan Cina untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Kendati demikian, Zelenskyy tak menyebut kapan kemungkinan pertemuannya dengan Xi Jinping terjadi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement