REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Bank Indonesia (BI) menyalurkan sebanyak 100 unit alat pengolah pupuk organik untuk membantu para petani di Provinsi Sumatra Selatan memperoleh hasil panen produk pertanian yang prima secara kuantitas maupun kualitas.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumsel Erwin Soeriadimadja, di Palembang, Jumat (3/3/2023), mengatakan, penyaluran alat pengolah pupuk dilakukan bekerja sama dengan asosiasi Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sumsel kepada para petani di wilayah sentra produksi pangan daerah setempat. Alat pengolah yang disalurkan itu dapat dimanfaatkan secara khusus oleh petani untuk membuat pupuk organik berupa sekam arang.
Erwin menjelaskan, pengembangan pupuk organik sekam arang menjadi perhatian besar bagi Bank Indonesia. "Sebab selain melimpahnya bahan baku juga didorong oleh beberapa faktor lainnya," kata Erwin.
Faktor pertama, Bank Indonesia mempertimbangkan stabilitas harga pupuk dan terbatasnya kuota pupuk subsidi pemerintah yang hanya dipatok untuk dua hektar lahan. Kemudian selain nilainya ekonomis, pupuk organik juga dinilai dapat mendukung peningkatan produksi berkelanjutan karena ramah lingkungan ketimbang pupuk kimia.
Menurut dia, hal tersebut disebabkan karena penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang dapat mempengaruhi berkurangnya kesuburan tanah sementara dan pupuk organik tidak. "Pupuk organik justru menjadi solusi dalam memperbaiki kondisi tanah yang pada akhirnya dapat menjaga keberlangsungan produksi pangan," kata dia.
Oleh karena itu, Erwin menyatakan, Bank Indonesia mendukung penggunaan pupuk organik di Sumsel sebagai penyandang peran menjadi lumbung pangan nasional, khususnya untuk komoditas padi. Pemerintah Provinsi Sumsel menargetkan tahun 2023 ini dapat merealisasikan target 1,7 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
"Harapannya melalui penyaluran bantuan ini petani Sumsel dapat lebih mandiri menghasilkan pupuk organik yang penting untuk mendukung produksinya," kata Erwin.