Mazhab Hanbali
Ustaz Holilur Rohman mengatakan, secara umum pendapat mazhab Hanbli sama seperti mazhab Syafi’i, walaupun ada beberapa perbedaan. Berdasarkan pandangan mazhab Hanbali, ketentuan waktu niat puasa fardu dilakukan setiap malam antara waktu Maghrib sampai sebelum terbitnya fajar.
Jika berpuasa sunnah, maka niat boleh dilakukan antara masuknya waktu Maghrib sampai seharian, walaupun niatnya dilakukan setelah masuk waktu Zuhur, dengan syarat dia tidak melakukan apapun yang membatalkan puasa.
“Niat harus ditentukan jenis puasanya, seperti puasa ramadlan atau puasa lainnya. sedangkan kefarduan puasanya tidak harus ditentukan. Niat puasa fardu atau sunnah wajib dilakukan setiap malam,” kata Ustaz Holilur Rohman
Mazhab Hanafi
Dalam pandangan mazhab ini, niat puasa harus dilakukan setiap hari, antara masuknya waktu Maghrib sampai sebelum separuh siang (nisf al-nahar). Menurut aturan fikih, yang dimaksud dengan siang adalah sejak munculnya sinar dari ufuk timur ketika terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
Jika waktu siang ini dibagi dua, maka ada waktu separuh siang pertama, ada waktu separuh siang kedua. Berkaitan dengan niat, maka boleh berniat antara masuknya waktu Maghrib sampai separuh siang pertama (perkiraan sampai waktu zuhur).
Oleh karena itu, jika ada orang berpuasa tetapi tidak berniat di malam hari sampai masuk waktu subuh, maka dia tetap wajib berniat setelah masuk waktu Subuh sampai separuh siang.
“Dengan begitu puasanya tetap sah. Walaupun begitu, lebih baik berniat di malam hari dan menentukan jenis puasanya. Orang bersahur dianggap berniat, kecuali ketika bersahur dia berkeinginan untuk tidak mau berpuasa,” jelas Ustaz Holilur Rohman.