REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat total pendapatan industri asuransi jiwa (IAJ) mencapai Rp 223 triliun pada tahun 2022. Nilai ini turun 7,5 persen dibandingkan dengan tahun 2021 (year on year/yoy) sebesar Rp 241,17 triliun.
"Penurunan lebih banyak disebabkan oleh menurunnya pendapatan premi yang bersifat single premium (premi tunggal). Pendapatan premi terhadap total pendapatan proporsinya 86,1 persen," kata Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon dalam konferensi pers di Rumah AAJI, Jakarta, Selasa (7/3/2023).
Pada tahun 2022, IAJ membukukan total pendapatan premi yang menurun 5,3 persen (yoy) dari tahun sebelumnya Rp 202,93 triliun menjadi Rp 192,08 triliun. Capaian total premi ini dinilai memberikan dampak penurunan penetrasi asuransi jiwa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang sampai akhir tahun 2022 baru mencatatkan angka sekitar 1 persen.
Sementara, jika dibandingkan dengan capaian tahun 2021, penetrasi asuransi jiwa terhadap PDB berada di kisaran angka 1,2 persen. "Adanya pertumbuhan pada total tertanggung (85,01 juta orang dari 65,20 juta orang) seiring masih tertahannya pendapatan premi mengindikasikan bahwa target market IAJ sudah semakin luas," katanya.
"Dapat dikatakan produk asuransi yang dipasarkan IAJ sudah lebih menyasar kepada kalangan masyarakat menengah ke bawah yang ingin memiliki atau menyadari kebutuhan atas perlindungan asuransi, namun dengan nilai premi atau nilai pertanggungan yang relatif lebih kecil,? lanjut Budi.
Fakta tersebut dianggap menjadi catatan yang positif bagi IAJ dan menjadi peluang untuk terus mengembangkan produk-produk layanan keuangan yang mampu menyasar lebih luas lagi ke seluruh kalangan masyarakat.
Untuk pendapatan premi berdasarkan kanal distribusi, tercatat kanal keagenan relatif stagnan atau menurun 0,4 persen, kanal bancasurrance juga menurun 10,1 persen, dan kanal distribusi alternatif menurun 1,7 persen.
"E-commerce yang menjadi salah satu komponen pada kanal distribusi alternatif tercatat meningkat 492,9 persen, namun nilainya relatif kecil yang sebesar Rp 476,61 miliar. Dengan tingkat pertumbuhan itu, menunjukkan kanal ini bisa jadi kanal distribusi alternatif di masa mendatang," ujar dia.
Berdasarkan tipe produk yang ditawarkan, tercatat masih didominasi produk asuransi jiwa unit link dengan kontribusi 57,7 persen dan 42,3 persen lainnya dari produk asuransi tradisional.
Meninjau dari tipe pembayaran, 51,5 persen total pendapatan premi berasal dari premi reguler dan 48,5 persen lainnya dari premi tunggal. Mengenai total pendapatan premi dari tipe jenis usaha konvensional alami penurunan 7,3 persen dan unit usaha syariah meningkat 12,8 persen.
Adapun berdasarkan kepemilikan polis, 86,9 persen berasal dari asuransi perorangan (individual), sedangkan 13,1 persen dari asuransi kumpulan.
Terkait total pendapatan premi berdasarkan bisnis baru maupun lanjutan masing-masing mengalami penurunan 7,3 persen dan 1,9 persen.
Dari sisi pendapatan premi bisnis baru weighted, pendapatan premi tunggal alami penurunan 12 persen dan kenaikan pada premi regular sebesar 14,5 persen. "Pada hasil investasi secara total, ada penurunan 17,5 persen atau Rp 21,46 triliun (dari Rp 26,01 triliun) dengan kontribusi terhadap total pendapatan 9,6 persen," ungkap Budi.
Kinerja yang ditunjukkan perusahaan IAJ membuat total aset meningkat 1,5 persen (yoy) menjadi Rp 611,22 triliun dari tahun sebelumnya Rp 602,04 triliun.