REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permintaan produk syariah sangat besar baik di segmen retail banking maupun wholesale banking. Analis Mandiri Sekuritas Kresna Hutabarat dan Boby Kristanto Chandra menyampaikan ini membuat prospek bank syariah cukup cerah.
"Bila mengacu pada data pemerintah, bahwa sekitar 44 persen umat Islam di Indonesia lebih memilih produk syariah dibandingkan dengan produk konvensional," ujar mereka dalam keterangan, Kamis (9/3/2023).
Oleh karena itu, inovasi dan perbaikan baik model bisnis maupun proses bisnis diperlukan untuk memberikan daya tarik tertinggi. Bank syariah perlu memperkuat tingkat pelayanan kepada nasabah dan calon nasabah agar bank syariah dapat memperoleh lebih banyak konsumen sehingga bisa memperbesar pangsa pasar.
Menurut riset terbaru mereka, tingkat penetrasi perbankan syariah Indonesia ditargetkan mencapai 15 persen dalam lima sampai 10 tahun ke depan oleh pemerintah. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 22 September, aset perbankan syariah tumbuh lebih dari 16 persen secara tahunan menjadi Rp 750 triliun.
Salah satu faktor pendukung cerahnya prospek bank syariah juga adalah literasi keuangan syariah pada 2022 yang baru sebesar 9,1 persen. Secara total di tingkat nasional indeks literasi keuangan sudah sebesar 49,7 persen.
"Indeks literasi keuangan syariah tentunya akan terus meningkat sejalan dengan animo masyarakat yang terus tumbuh terhadap industri keuangan syariah," ujarnya.
Lebih lanjut, BSI merupakan salah satu katalis terkuat dan mesin pertumbuhan untuk aset perbankan syariah di Indonesia. Ini karena BSI memimpin pasar dengan porsi sebesar 60 persen dari industri.