“Hampir tidak dapat kita percaya bahwa di Jawa, Jawa yang subur itu, di mana segala sesuatu dapat tumbuh dari tanah dengan begitu saja, bisa terjadi kekurangan makanan. Tetapi nyatanya demikian, menyedihkan!” tulis RA Kartini kepada Dr N Adriani pada 10 Agustus 1901.
Oohya! Baca juga: Hari Jadi Grobogan.Kelaparan di Grobogan pada 1900, Ratusan Warga Menyerbu Sawah Orang Eropa.
Dalam suratnya itu, Kartini tidak berhenti di situ. Ia menyebut Purwodadi. “Bahaya yang mengancam ini terutama sangat hebat di Purwodadi,” lanjut Kartini.
Kelaparan yang diceritakan Kartini itu terjadi di wilayah Demak dan Purwodadi-Grobogan mulai 1900. Masa paceklik yang panjang membuat kekurangan makanan itu berlangsung hingga 1904. ”...hari-hari belakangan ini saya membaca bahwa pemerintah menyediakan lebih kurang Rp 350 ribu untuk pembelian ternak pembajak untuk Purwodadi dan Demak,” kata Kartini.
Paceklik itu terjadi karena banyak wilayah di Grobogan kekurangan air untuk pertanian. Ternyata, paceklik itu tak hanya terjadi pada tahun 1900. Pada tahun 1849-1850 juga terjadi kelaparan. Akibat bencana kelaparan itu, banyak penduduk yang meninggal dunia. Penduduk Grobogan berkurang drastis. “Penduduk Grobogan dari 98.00 tinggal 9.000 jiwa,” tulis GH van Soest di halaman 222 buku Geschiedenis van het Kultuurstelsel yang terbit tahun 1869.
Priyantono Oemar