REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencapai surga tidak semudah membuat mi instan. Jalan menuju surga juga tidak semulus kulit kepala yang dikerik habis.
Untuk melaluinya pun tidak selancar jalanan Jakarta di tengah malam. Menuju surga ibarat bermotor melintasi jalan rusak yang penuh kubangan air, mogok pula. Maka, harus gigih.
Beratnya menuju surga disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Surga itu diliputi dengan keberatan-keberatan. Sedangkan neraka diliputi dengan syahwat." (HR Bukhari dan Muslim)
Syaikh Al-'Izz bin Abdus Salam dalam Syajaratul Ma'arif yang diterjemahkan oleh Samson Rahman dan diterbitkan Pustaka Al-Kautsar mengingatkan meninggalkan syahwat karena Allah SWT dan menanggung kesulitan-kesulitan itu akan mendatangkan pahala sesuai kadar keletihan dalam menanggung dan meninggalkan perbuatan tersebut.
Karena itu, dibutuhkan kegigihan dalam ketaatan. Seorang Muslim harus menanggung berbagai kesulitan, dan senantiasa istiqamah di jalur ketaatan.
Perintah bertakwa dengan sungguh-sungguh termaktub dalam Alquran. Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim." (QS Ali Imran ayat 102)
Dalam surat lain, Allah SWT juga berfirman, "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS Al Ankabut ayat 69)
Perbuatan baik seperti apa yang disukai Allah SWT dalam menuju surga-Nya? Rasulullah SAW bersabda, "Perbuatan yang paling Allah sukai adalah perbuatan yang kontinyu (terus-menerus) walaupun sedikit." (HR Bukhari dan Muslim, diriwayatkan dari Aisyah RA)
Allah SWT berfirman, "Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu." (QS At Taghabun ayat 16)