Sabtu 11 Mar 2023 09:49 WIB

Apa Hidangan untuk Para Pengikut Nabi Isa yang tak Buat Mereka Beriman kepada Allah SWT? 

Para pengikut Nabi Isa meminta diberikan tanda kekuasaan Allah SWT berupa hidangan

Rep: Andrian Saputra / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi makanan. Para pengikut Nabi Isa meminta diberikan tanda kekuasaan Allah SWT berupa hidangan
Foto: Pixabay
Ilustrasi makanan. Para pengikut Nabi Isa meminta diberikan tanda kekuasaan Allah SWT berupa hidangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Setelah mengikuti Nabi Isa untuk berpuasa, kaum Hawariyyin yakni pengikut Nabi Isa dari Bani Israil ingin hidangan yang besar, banyak dan istimewa untuk berbuka.

Karena itu mereka terus mendesak kepada Nabi Isa agar berdoa kepada Allah SWT agar menurunkan hidangan dari langit. Nabi Isa pun berdoa kepada Allah SWT yang doanya itu diabadikan dalam Alquran surat Al Maidah ayat 114-115. Allah SWT berfirman

Baca Juga

قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ ۖ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (١١٤) قَالَ اللَّهُ إِنِّي مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ ۖ فَمَنْ يَكْفُرْ بَعْدُ مِنْكُمْ فَإِنِّي أُعَذِّبُهُ عَذَابًا لَا أُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ (١١٥)

“Isa putra Maryam berdoa, "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau, beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama (114). Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia(115)." 

Dalam tafsir Ibnu Hatim dijelaskan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa malaikat datang membawa hidangan kepada Nabi Isa tujuh ikan besar dan tujuh roti. Maka setiap orang pengikutnya Nabi Isa memakannya sama banyaknya. 

Dalam tafsir At-Thabari diriwayatkan dari Umar bin Yasir,  bahwa turun hidangan untuk Nabi Isa dan kaumnya berupa buah-buahan dari buah-buahan surga. 

Maka Nabi Isa menyerukan kepada kaumnya itu agar tidak berbuat curang, berkhianat, dan tidak menimbun. Tetapi kaumnya itu melanggar, mereka berkhianat, menyembunyikan dan menimbun makanan itu sehingga Allah SWT mengubah mereka menjadi monyet dan babi.  

Dalam tafsir tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) dijelaskan bahwa Nabi Isa setelah mengetahui maksud baik dari kaum Ḥawariyyin dalam permohonan mereka yaitu bahwa mereka tidak meragukan kekuasaan Allah, melainkan karena mereka ingin lebih yakin dan memperoleh keimanan yang lebih kuat serta ketenteraman hati, maka Nabi Isa mengabulkan permohonan mereka untuk bedoa kepada Allah SWT agar menurunkan hidangan untuk mereka.  

Nabi Isa memohon agar Allah SWT menurunkan untuk mereka hidangan dari langit. Nabi Isa mengharapkan agar hari ketika hidangan itu turun akan menjadi hari raya bagi mereka dan generasi mereka selanjutnya. Hal ini juga akan menjadi tanda atau bukti bagi kekuasaan Allah SWT. 

Allah SWT mengabulkan doa tersebut dan menurunkan hidangan sesuai dengan permintaan mereka. 

Tetapi, dengan syarat bahwa sesudah turunnya hidangan itu, tidak boleh ada di antara mereka yang tetap kafir, atau kembali kafir sesudah beriman, karena mereka telah diberi pelajaran dan keterangan-keterangan tentang kekuasaan dan kebesaran Allah SWT, kemudian diberi pula bukti nyata yang dapat mereka saksikan dengan panca indera mereka sendiri. 

Baca juga: Muhammadiyah Resmi Beli Gereja di Spanyol yang Juga Bekas Masjid Era Abbasiyah

Apabila masih ada di antara mereka yang kafir maka sepantasnya kemurkaan dan azab Allah SWT ditimpakan kepada mereka, yang melebihi azab yang ditimpakan kepada orang-orang kafir lainnya. 

Pendapat para ulama beragam mengenai macam makanan yang diturunkan Allah SWT dalam hidangan tersebut. Tetapi masalah tersebut bukanlah masalah yang penting untuk dibicarakan, Alquran sendiri tidak menyebutkannya. Demikian pula Rasulullah SAW.  

Yang perlu menjadi perhatian adalah hubungan sebab akibat, serta isi dan tujuan dari kisah tersebut, untuk dijadikan iktibar dan pelajaran guna memperkokoh iman dan keyakinan kepada Allah SWT dengan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya.   

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement