REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Steering Committee Indonesia Fintech Society (Ifsoc) Tirta Segara berpendapat, kenaikan suku bunga di negara-negara maju karena inflasi yang tinggi secara langsung telah berpengaruh pada kemampuan perusahaan startup termasuk fintech dalam mendapatkan pendanaan murah.
Fenomena itu, ditambah dengan semakin menurunnya nilai aset likuid bank, disinyalir berkaitan dengan kejatuhan SVB.
Berdasarkan observasi Ifsoc, selama 2022, nilai pendanaan startup fintech memang meningkat. Namun, jumlah penerima pendanaan menurun.
Menurut mantan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) itu, startup fintech telah memasuki babak baru. "Saat ini investor lebih selektif dalam memberikan pendanaan dengan lebih berfokus pada profitabilitas dibandingkan growth (pertumbuhan)," kata Tirta melalui keterangan resmi Ifsoc, Kamis (16/3/2023).
Kondisi tersebut, menurut Tirta, perlu direspons dengan membangun ekosistem dan model bisnis fintech yang juga lebih fokus pada bottom line ketimbang volume dan pertumbuhan semata seperti di masa-masa sebelumnya. Hal ini akan mendorong iklim startup fintech lebih sehat dan bertahan.
"Sebagaimana yang pernah kami sampaikan sebelumnya dalam catatan akhir 2022 pada Desember tahun lalu, penyesuaian terhadap model bisnis yang commercially viable (layak secara komersial) sangat diperlukan. Hal ini akan berperan membentuk ekosistem keuangan digital yang kuat dan berkelanjutan," kata Tirta menjelaskan.