REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan yang kerap mendapatkan kekerasan baik fisik maupun psikis saat menjalin percintaan biasanya tidak bisa begitu saja memutuskan hubungan. Bahkan, mereka terperangkap di dalam toxic relationship itu selama bertahun-tahun.
"Dulu dia sangat mengendalikan kehidupan saya. Awalnya dimulai dari merendahkan, dan itu langsung membuat saya down," ujar seorang korban toxic relationship bernama Abel dalam peluncuran kampanye oleh Rollover Reaction bertajuk "Uncover You Story" di Sarinah, Jakarta, Jumat (17/3/2023).
Abel mengaku sebetulnya dirinya ialah perempuan yang berdaya dan mampu memecahkan masalah. Akan tetapi, karakter itu sirna ketika ia bersama sang kekasihnya semasa kuliah delapan tahun silam. Lalu, ketika ia memutuskan untuk keluar dari hubungan itu, sang kekasih mampu menariknya kembali.
Psikolog klinis Tara Adhisti menjelaskan bahwa ketika seorang perempuan sudah berada dalam kondisi seperti Abel, itu sudah menjadi sinyal sebuah toxic relationship. Hal seperti itu merupakan kekerasan emosional yang memang biasanya tidak terlihat mata.
"Ini mengganggu emosional kita, seperti merendahkan, meledek, berkata kasar, melecehkan, atau mengekang, membatasi, mendominasi, menyerang secara psikologis," ungkap Tara dalam kesempatan yang sama.
Tara menyebut empat tanda yang bisa diketahui oleh perempuan jika mereka telah mengalami toxic relationship.
1. Timbul rasa tidak aman
Normalnya, sebuah hubungan dijalani untuk memberikan rasa aman dan nyaman. Andaikan Anda justru merasa takut atau ingin berontak ketika hendak bertemu pasangan, itu artinya ada yang salah dengan hubungan tersebut. Segera tinggalkan pasangan yang seperti itu.
2. Selalu bersedih
Sederhana saja, jika menjalani sebuah hubungan namun tidak merasa bahagia dan lebih sering menangis, sudah dipastikan ini toxic relationship. Penyebab tangisan bisa karena kekerasan verbal maupun non-verbal yang dilakukan pasangan.