Jumat 24 Mar 2023 09:49 WIB

Kekuatan Erdogan dan Janji Oposisi di Pemilu Turki

Oposisi bertekad melucuti kekuatan sistem presidensial.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: AP Photo/Burhan Ozbilici
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL – Pemilu presiden dan parlemen di Turki bakal berlangsung pada 14 Mei 2023. Sekitar tiga bulan seusai Turki diguncang gempa besar yang menewaskan sekitar 48 ribu orang dan jutaan orang kehilangan tempat tinggal. 

Pascagempa dan kondisi ekonomi, tantangan yang dihadapi Presiden Recep Tayyip Erdogan saat ini. Sementara, oposisi menyatukan kekuatan melawan Erdogan di pemilu. 

Reuters, Rabu (22/3/2023) memberitakan, oposisi memilih Kemal Kilicdaroglu untuk mengadang laju Erdogan. Ia pemimpin Republican People's Party (CHP). Ia membentuk aliansi yang menghimpun kekuatan dari kelompok kiri hingga kanan, termasuk kelompok Islam. 

Kekuatan Erdogan 

Pemimpin dengan wewenang terbesar sejak Mustafa Kemal Ataturk mendirikan Republik Turki modern, Erdogan dan partainya yang berbasis pemilih Islam, AKP telah mengubah cetak biru sekuler yang dirancang Ataturk. 

Wewenang sentral berada di pihak eksekutif yakni presiden, yang menentukan kebijakan ekonomi, keamanan, isu domestik serta hubungan internasional. Pemerintahan Erdogan mendapat kritik karena dinilai mengikis hak asasi dan mengubah sistem yudisial. 

Namun, pemerintah menepis tuduhan itu. Justru sistem hukum yang ada sekarang, menurut mereka,  melindungi warga dari ancaman keamanan tertentu, termasuk upaya kudeta pada 2016. Pakar ekonomi mengatakan, kebijakan suku bunga rendah mengakibatkan inflasi tinggi. 

Di bawah Erdogan, Turki menunjukkan kekuatan militernya di Timur Tengah. Ia melakukan empat serangan ke Suriah, menyerang kelompok Kurdi di Irak, dan mengirimkan bantuan militer untuk menopang Libya dan Azerbaijan.

Turki pun terlibat perbedaan pandangan diplomatik dengan kekuatan di kawasan yakni Arab Saudi, Mesir, UEA, dan Israel. Demikian pula dengan Yunani dan Siprus terkait batas maritim Mediterania timur. Ada perubahan dua tahun lalu dan Turki memperbaiki hubungan itu. 

Erdogan membeli sistem pertahanan udara Rusia yang membuat industri senjata AS menjatuhkan sanksi pada Ankara. Kedekatannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, menimbulkan pertanyaan atas kesetiannya pada NATO.

Terkait dampak invasi Rusia ke Ukraian, Erdogan memediasi kesepakatan ekspor gandum. Ini peran strategis yang bisa memberi andil mengakhiri perang di Ukraina. Diyakini, ia akan menekankan prestasinya di panggung dunia tersebut dalam kampanye pemilu.

Apa yang dijanjikan oposisi?

Dua partai oposisi utama,  Republican People's Party (CHP) yang berhaluan sekuler dan IYI Party, berhaluan nasionalis tengah-kanan, membangun koalisi dengan empat partai kecil lainnya untuk melawan Erdogan di pemilu mendatang. 

Mereka berjanji mengembalikan bank sentral yang indepeden dan membalikkan kebijakan-kebijakan ekonomi Erdogan. Mereka bertekad melucuti kekuatan sistem presidensial seperti saat ini dan mengembalikan lagi ke sistem parlementer.

Seperti diketahui, Turki sebelumnya menggunakan sistem parlementer dan dipimpin perdana menteri. Namun Erdogan dan kekuatan koalisinya mengamendemennya menjadi sistem presidensial seperti sekarang. Turki kini dipimpin seorang presiden, Erdogan. 

Rencana kebijakan lainnya, mengirim pulang pengungsi Suriah yang ada di Turki. Turki menampung 3,6 juta pengungsi Suriah akibat perang saudara di negara itu. Erdogan mendukung oposisi menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.

Keberadaan pengungsi menjadi masalah seiring bertambahnya masalah ekonomi di Turki. Oposisi menggaungkan rencana Erdogan mengembalikan sejumlah pengungsi ke Suriah. Namun belum diungkapkan bagaimana mekanisme terbaiknya.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement