REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta telah menyatakan keprihatinannya kepada Cina atas setiap pemberian bantuan mematikan dalam mendukung Rusia melawan Ukraina. Hal ini disampaikan Mahuta ketika bertemu dengan Menteri Luar Negeri Cina, Qin Gang di Beijing.
Dalam pertemuan dengan Qin, Mahuta menegaskan kembali kecaman pemerintah Selandia Baru atas invasi ilegal Moskow ke Ukraina. Mahuta juga bertemu dengan pejabat kebijakan luar negeri paling senior Partai Komunis Cina, Wang Yi. Dalam pertemuan itu, Mahuta menyampaikan bahwa perdamaian dan kemakmuran adalah harapan semua pihak. Selandia Baru mendukung penyelesaian politik perselisihan melalui dialog.
Sementara Wang mengatakan, tugas mendesak adalah untuk mencapai gencatan senjata dan melanjutkan pembicaraan damai. Menurutnya Cina akan terus memainkan peran konstruktif untuk mempromosikan penyelesaian politik.
Presiden Cina, Xi Jinping melakukan perjalanan ke Moskow dan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Dalam pertemuan itu, mereka saling memuji dan berbicara tentang persahabatan kedua negara yang mendalam.
Mahuta melakukan perjalanan selama empat hari ke Beijing yang dimulai pada Rabu (22/3/2023). Ini adalah kunjungan pertama yang dilakukan oleh seorang menteri luar negeri Selandia Baru ke Beijing sejak 2018.
Selama pertemuan dengan Qin, Mahuta juga menyuarakan keprihatinan atas situasi hak asasi manusia di Xinjiang, erosi kebebasan di Hong Kong, perselisihan di Laut Cina Selatan, dan meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan. Para menteri juga membahas kemungkinan kunjungan Perdana Menteri Selandia Baru Chris Hipkins ke Cina tahun ini.
Cina adalah mitra dagang terbesar Selandia Baru. Eksportir Selandia Baru bergantung pada Cina untuk membeli produk susu dan produk pertanian lainnya.