REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menjaga persaudaraan merupakan anjuran, bahkan keniscayaan dalam kehidupan umat Islam. Nabi Muhammad beserta para sahabat mencontohkan bagaimana persaudaraan dibangun sejak awal dakwah Islam hingga akhir hayat mereka.
Hijrah kaum Muslimin dari Makkah ke Madinah dilatarbelakangi semangat persaudaraan antara kelompok mereka yang hijrah dengan warga Madinah yang merupakan kelompok penolong.
Pengasuh Pesantren Raudhatul Ulum Sakatiga Sumatra Selatan KH Tol’at Wafa Ahmad menjelaskan, Ramadhan merupakan momentum yang di dalamnya terdapat banyak hal berkaitan dengan persaudaraan. “Mari bersama-sama kita manfaatkan Ramadhan untuk menguatkan persaudaraan,” kata Kiai Tol’at dalam ceramah singkatnya yang disiarkan saluran Youtube Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG) pada Senin (27/3/2023)
Shalat jamaah merupakan contoh ibadah yang memupuk persaudaraan, karena dilakukan bersama-sama. Belum lagi sejumlah ibadah sosial yang mengutkan empati terhadap orang lain, khususnya kaum dhuafa, saudara yang mengalami kesusahan.
Ada zakat, baik mal maupun fitrah. Termasuk juga wakaf, sedekah, dan infak. Semua itu merupakan upaya berbagi kepada saudara yang membutuhkan uluran tangan. Ibadah semacam ini merupakan refleksi persaudaraan, bahwa pemberi ikut merasakan kesusahan mereka yang membutuhkan bantuan.
Nah, Kiai Tol’at menjelaskan beberapa hal yang harus dihindari untuk menjaga kualitas persaudaraan.
Pertama, jangan pernah sombong. Termasuk merasa lebih baik dari saudara yang lain.
Kedua, jangan menyakiti hati orang lain. Hindari konflik. Jika ada beda pendapat, maka sampaikan dengan kearifan. Bil hikmah.
Ketiga, jangan pernah memanggil orang lain atau kelompok lain dengan sebutan yang tidak pantas.
Keempat, hindari prasangka buruk alias negative thinking atau suuzhon.
Kelima, jauhkan diri dari memata-matai alias mencari kesalahan orang lain. Termasuk di dalamnya menggunjing.
“Semua ini adalah factor-faktor yang merusak persaudaraan. Kita hindari itu semua,” kata Kiai Tol’at.