Selasa 28 Mar 2023 20:46 WIB

Atasi Kejahatan Jalanan, Pakar : Harus dari Akar Masalahnya

Kasus-kasus kejahatan jalanan ini kerap melibatkan anak usia sekolah.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Tersangka pelaku kejahatan jalanan atau klitih dihadirkan saat konferensi pers di Mapolda DIY, Yogyakarta (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Tersangka pelaku kejahatan jalanan atau klitih dihadirkan saat konferensi pers di Mapolda DIY, Yogyakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kejahatan jalanan atau yang biasa disebut sebagai klitih di DIY sudah seperti fenomena gunung es yang tidak berkesudahan. Hal ini terlihat dari terus terjadinya kasus-kasus kejahatan ini, termasuk di Ramadhan 2023 ini.

Bahkan, tidak sedikit dari kasus-kasus kejahatan jalanan ini yang melibatkan anak usia sekolah. Tiap terjadi kejahatan jalanan, pihak kepolisian juga menindak tegas sesuai hukum yang berlaku.

Meski begitu, tindakan tegas ini seolah tidak membuat jera dan tidak menjadi pertimbangan bagi ‘calon’ pelaku kejahatan jalanan untuk berpikir dua kali sebelum melakukan tindak kejahatan tersebut. Pengamat sosial Universitas Gadjah Mada (UGM), Hempri Suyatna, pun mengatakan untuk mengatasi fenomena ini harus dari akar masalahnya.

Hampri menuturkan, banyak akar masalah yang menyebabkan terjadinya kejahatan jalanan. Salah satunya yakni faktor keluarga, yang mana sering menjadi penyebab terjadinya kejahatan jalanan.

“Saya kira memang dalam proses-proses penyelesaian (kejahatan jalanan) tidak melihat itu dari sisi akar masalahnya. Kalau kita diskusi tentang ini kan akar masalahnya banyak, misalnya dari sisi kontrol orang tua juga salah satu soal akar masalah,” kata Hempri kepada Republika, Selasa (28/3/2023).

Menurut Hempri, dalam penanganan kasus kejahatan jalanan tidak hanya sekadar dilakukannya hukuman kepada pelaku. Namun, edukasi kepada orang tua terkait pentingnya peran maupun kontrol orang tua terhadap anak, juga harus dilakukan.

“Hanya sekadar dihukum tapi kemudian kita lupa, mengabaikan bagaimana edukasi ke orang tua atau edukasi-edukasi ke kelompok-kelompok geng misalnya, ini yang saya kira juga harus diedukasi. Menurut saya (penanganan kejahatan jalanan) baru menyentuh pada permukaan, belum menyentuh pada akar-akar masalah tadi. Misalnya kontrol orang tua,” ujarnya.

Selain itu, Hempri juga menekankan terkait tempat-tempat hiburan umum yang beroperasi hingga malam hari dan dini hari. Menurut dia, hiburan-hiburan ini harus dibatasi sebagai salah satu upaya dalam mencegah kejahatan jalanan.

“Hiburan-hiburan malam juga perlu dibatasi, kalau itu tidak dibatasi juga berpengaruh (pada terjadinya kejahatan jalanan). Ini mungkin bagi saya perlu pengaturan ketat terkait keamanan, saya kira selama hiburan-hiburan itu sampai dengan malam dan dini hari, itu juga agar risiko untuk level keamanan,” jelas Hempri.

Sementara itu, Sekretaris Komisi A DPRD DIY, Rany Widayati juga mengatakan persoalan yang menimpa anak tidak lepas dari adanya permasalahan di hulu, yakni keluarga. Ia menekan pentingnya untuk membangun ketahanan keluarga dalam rangka mencegah anak dan rejama terlibat dalam masalah, termasuk kejahatan jalanan.

"Apabila kita telisik lebih dalam, kasus-kasus tersebut bermula dari adanya keluarga yang tidak berketahanan," kata Rany.

Keluarga yang tidak berketahanan ini, dikatakan Rany seperti adanya pola asuh yang salah, komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga, dan fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan baik. Rany menyebut ada delapan fungsi keluarga, yakni fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan.

"Membangun ketahanan keluarga tidak bisa dibebankan pada salah satu jenis kelamin, yaitu perempuan atau ibu. Mendidik anak adalah kewajiban ibu dan ayah dalam suatu keluarga," ujarnya.

Selain keluarga, ia juga menekankan terkait pentingnya peran lingkungan masyarakat, sekolah maupun pemerintah, hingga media dalam mengatasi permasalahan ini. Utamanya dalam menjadikan lingkungan sekitar anak maupun remaja yang ramah, aman dan nyaman.

"Masyarakat perlu memberikan perhatian bahwa anak dan remaja adalah 'anak kita' yang akan meneruskan estafet keberlangsungan bangsa yang baik," tambah dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement