REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sepak bola Kesit Budi Handoyo menilai FIFA menerapkan standar ganda sejak lama. "FIFA yang tidak ingin sepak bola dicampuri politik tapi dalam praktiknya FIFA juga bermain politik," kata dia, saat dihubungi republika.co.id
"Yang masih hangat ya saat FIFA mendiskualifikasi tim nasional Rusia dari babak play-off Piala Dunia 2022 gara-gara negara itu melakukan invasi ke Ukraina. Karena tekanan dari berbagai negara diterima FIFA bertubi-tubi, mereka akhirnya mem-banned Rusia dengan tidak boleh meneruskan kesempatannya menjalani pertandingan play-off Piala Dunia 2022," ujar Kesit lagi.
"Namun, di sisi lain ketika ada tindakan semena-mena dilakukan Israel terhadap Palestina, yang notabene juga merupakan anggota FIFA, mereka (FIFA) bergeming dan seperti menganggap angin lalu," kata Kesit yang juga Sekum PWI DKI Jakarta ini.
Mengenai kemungkinan sanksi FIFA kepada Indonesia Kesit menilai, mungkin akan diberikan sesegera mungkin.
"Kalau membaca rilis FIFA sanksi sepertinya akan dijatuhkan untuk Indonesia. Memang FIFA yang membatalkan, tapi pembatalan itu muncul karena Indonesia, menurut saya, Indonesia dinilai tidak memiliki komitmen kuat."
"Fakta yang terlihat adalah soal pembatalan drawing yang sedianya dilakukan di Bali, 31 Maret 2023. Pembatalan itu merupakan warning keras dari FIFA setelah pimpinan daerah di Bali mengeluarkan statement terkait penolakan Israel." imbuhnya.
Timnas masih bisa main di SEA Games 2023, karena ini perhelatan IOC bukan FIFA. "Jika sanksi FIFA dijatuhkan dan berupa banned maka seluruh kegiatan internasional tidak bisa dimainkan Indonesia. SEA Games memang bukan agenda resmi FIFA, yang masih memungkinkan Indonesia tampil. Namun harus diantisipasi pula apakah negara-negara ASEAN lainnya mau bertanding dengan Indonesia yang sedang dihukum FIFA?" kata Kesit.