Sabtu 01 Apr 2023 12:28 WIB

Kepala BPIP Beri Ceramah Makna Lailatul Qodar dalam Narasi Kebangsaan

Kepala BPIP narasikan Indonesia raih Lailatul Qadar Politik lewat proklamasi di 1945

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof Drs KH Yudian Wahyudi, MA, PhD memberikan ceramah keagamaan dan kebangsaan kepada civitas akademika di Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga, Jumat (31/3).
Foto: dok BPIP
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof Drs KH Yudian Wahyudi, MA, PhD memberikan ceramah keagamaan dan kebangsaan kepada civitas akademika di Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga, Jumat (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof Drs KH Yudian Wahyudi, MA, PhD memberikan ceramah keagamaan dan kebangsaan kepada civitas akademika di Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga, Jumat (31/3).

Prof. Yudian membuka ceramahnya dengan mengajak peserta kajian dan tarawih berjamaah untuk selalu mensyukuri segala nikmat keimanan dan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

"Pertama-tama, kita harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat, khususnya kenikmatan keimanan dan kemerdekaan yang dengan kemerdekaan itu kita sebagai bangsa dan negara memiliki segala-galanya", tuturnya.

Lebih lanjut, Prof Yudian menyampaikan, malam lailatul qadar merupakan malam penuh kemuliaan yang terjadi pada Bulan Ramadan. 

Selain itu, Prof Yudian menuturkan, pemaknaan lailatul qadar dalam narasi kebangsaan diibaratkan, masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sebagai peradaban baru yang memerdekakan, menyetarakan, dan memakmurkan. 

"Bangsa Indonesia mendapat lailatul qadar politik yaitu proklamasi kita, 17 Agustus 1945. Bangsa Indonesia mendapatkan lailatul qadar yaitu kemerdekaan. Kemerdekaan ini lebih baik daripada seribu bulan", ujarnya.

Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta periode 2016-2020 itu juga menambahkan, kemerdekaan Indonesia membuat setiap orang mempunyai hak konstitusional yang sama. Sila pertama Pancasila sebagai pembeda dengan negara lain yang sekaligus sebagai rahmat bagi Bangsa Indonesia. 

"Dengan ketuhanan yang maha esa di negara kita itulah yang membedakan dengan negara lain di muka bumi ini. Banyak negara sudah bubar, tapi dengan Pancasila sebagai falsafah ini, kita masih bertahan maka saya katakan, kita ini bangsa yang paling diridhai dan diberkahi Allah," ucapnya.

Prof Yudian berpesan agar selalu menjaga persatuan sebagai perwujudan syukur kepada Allah atas kemerdekaan dan kehebatan proklamasi karena kekuatan iman dan persatuan. Ia juga mendorong para mahasiswa, dosen, dan segenap civitas akademika untuk selalu meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan kemampuan Iptek.

"Kita diberi proklamasi sehebat ini karena kita iman dan bersatu. Marilah kita jaga persatuan ini. Tingkatkan iman dan takwa. Sebagai dosen atau mahasiswa, perkuatlah kemampuan anda, hard skill dan soft skill. Perkuat, terutama di hard skilnya ini, teknologi, dan Iptek. Kita kembali ke Alquran, Pancasila, dan Iptek. Dengan itu, kita akan mampu", tuturnya.

"Kita semua Bangsa Indonesia, khususnya yang ada di masjid ini semoga segera mendapat lailatul qodarnya masing-masing", ucap dia menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement