Senin 03 Apr 2023 14:05 WIB

Pengamat Sebut Koalisi Besar Berat Menangkan Pilpres Jika Usung Prabowo

Pemilih Islam sudah ada Anies Baswedan, sementara nasionalis punya Ganjar Pranowo.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus raharjo
Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto memberikan penjelasan kepada awak media usai mengikuti pertemuan tertutup dengan Presiden Jokowi di Kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Ahad (2/4/2023). Pertemuan selama satu jam itu salah setunya membahas pembentukan koalisi besar.
Foto: Republika/Febryan A
Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto memberikan penjelasan kepada awak media usai mengikuti pertemuan tertutup dengan Presiden Jokowi di Kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Ahad (2/4/2023). Pertemuan selama satu jam itu salah setunya membahas pembentukan koalisi besar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Andriadi Achmad menilai koalisi besar tak menjamin kemenangan di Pilpres 2024. Ia mengatakan, koalisi besar partai politik harus diikuti dengan ketokohan calon presiden dan calon wakil presiden yang akan diusung.

Wacana koalisi besar ini muncul setelah Presiden Joko Widodo menggelar pertemuan dengan lima ketua umum partai politik di Kantor DPP Partai Amanat Nasional (PAN). Kelima parpol merupakan pendukung pemerintah. Yakni, Gerindra, Golkar, PAN, PKB, dan PPP.

Baca Juga

"Menurut hemat saya, sebesar apapun koalisi yang dibentuk jika ketokohan capres-cawapres tidak mampu mengimbangi bisa saja kalah seperti Pilpres tahun 2014," ujar Andriardi kepada Republika.co.id, Senin (3/4/2023).

Saat itu kata Andriardi, Koalisi Merah Putih (KMP) yang mengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa merupakan koalisi yang lebih besar dan mendominasi Koalisi Indonesia Kerja yang mengusung Jokowi-JK. Tetapi realitasnya, justru dimenangkan koalisi KIK (Jokowi-JK).