REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesia Political Power, Ikhwan Arif, menilai, peleburan antara Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) akan mengakomodasi kepentingan dari dua kubu koalisi. Menurut dia, distribusi kepentingan dari kedua koalisi tersebut akan mencapai titik temu apabila calon presiden (capres) berasal dari KKIR dan calon wakil presiden (cawapres) dari KIB.
"Kalau dilihat dari kedekatan antara koalisi pendukung pemerintah ini, salah satu kandidat terkuat yaitu Prabowo sebagai capres dan Airlangga sebagai cawapres," kata Ikhwan kepada wartawan di Jakarta, Rabu (5/4/2023). Koalisi besar tersebut terdiri lima parpol yang ketua umumnya sudah bertemu Jokowi.
Menurut Ikhwan, pasangan Prabowo Subianto-Airlangga Hartarto merupakan representasi dari all president man yang mampu menjawab pertanyaan penerus Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selain keduanya memimpin dua parpol dengan suara terbesar di koalisi, sambung dia, pasangan tersebut diyakini mampu melanjutkan program dan kebijakan yang telah dicanangkan oleh Jokowi.
Ikhwan juga menyebut, Presiden Jokowi secara terang-terangan merestui peleburan dua koalisi tersebut. Hal itu dilihat berdasarkan respon Jokowi yang positif dalam acara silaturahim ramadan yang disenggarakan di kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Ahad (2/4/2023). Di lokasi, Jokowi bertemu dengan lima ketua umum dari Golkar, Gerindra, PKB, PAN, dan PPP.
Ikhwan menuturkan, dukungan dari Jokowi akan berimbas positif pada mengalirnya dukungan dari pemilihnya pada Pemilu 2019 dan 2014. Terbentuknya koalisi besar hasil gabungan KKIR dan KIB dapat membuat terjadi migrasi dari pemilih Jokowi ke pemilih Prabowo-Airlangga.
"(Ini) karena ada kemiripan pemilih, sehingga bisa mendorong kekuatan besar dalam meraup suara pemilih nantinya," ujar Ikhwan.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengakui, apabila ada usulan soal nama capres, hal itu lumrah saja. "Kalau saya ditanya saya jawab, 'Pak, Bapak setuju ndak Pak Prabowo jadi capresnya?' Kalau saya ditanya saya jawab kalau saya setuju, saya ngomong setuju, kalau enggak ya enggak. Kalau setuju (ya) setuju, 'mantap gitu'," ucap Jokowi.
Begitu pula dengan lahirnya dua koalisi yaitu KIB dan KKRI. "Bentuk KIB 'Wah itu dari Presiden.. itu yang..' siapa yang dari? Itu KIB kan terbentuk karena pertemuannya Pak Airlangga, Pak Zul sama Pak Mardiono, baru datang ke saya 'Pak mohon restu'. Kalau saya ditanya itu, 'ya saya restui'," jelas Jokowi.