REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hudzaifah RA meriwayatkan, suatu kali para sahabat sedang bersama Umar bin Khattab. Lalu Umar bertanya siapa sahabat yang hafal hadits Nabi Muhammad SAW tentang fitnah atau bencana sebagaimana yang telah disampaikan beliau SAW.
Hudzaifah menjawab, "Aku." Umar pun berkata, "Engkau sungguh pemberani. Jadi gimana sabda beliau?" Hudzaifah kemudian menyampaikan hal yang dia dengar dari Nabi Muhammad, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Fitnah (bencana atau kekacauan) seorang laki-laki bersumber dari istrinya, hartanya, dirinya, anaknya, dan tetangganya. Semuanya tidak melakukan puasa, tidak sholat, tidak bersedekah (zakat), tidak mau menganjurkan yang ma'ruf dan dan mencegah kemungkaran."
Umar berkata, "Bukan itu yang kumaksud, tetapi (yang kumaksud) adalah huru-hara yang bagaikan gelombang lautan."
Lalu Hudzaifah membalas perkataan Umar dengan berucap, "Engkau tidak terlibat dalam peristiwa itu, wahai Amirul Mukminin. Karena antara engkau dan fitnah itu ada pintu yang terkunci rapat."
Umar pun bertanya, "Memang pintunya hancur? Atau karena dibuka seseorang?" Hudzaifah menjawab, "(Pintu itu) tidak dibuka, tetapi dihancurkan orang."
"Kalau begitu, pantas saja pintu itu tidak bisa lagi dikunci untuk selama-lamanya," kata Umar menimpali.
Para sahabat kemudian bertanya kepada Hudzaifah, "Apakah Umar tahu siapa pintu itu?" Hudzaifah menjawab, "Tentu, seperti yang diketahui Umar malam ini, tanpa adanya besok malam." (HR Muslim)
Imam An-Nawawi dalam penjelasannya terhadap hadits tersebut, menyampaikan, pintu yang disebutkan dalam hadits itu, adalah pribadi Umar bin Khattab sendiri. Umar ibarat pintu yang terkunci rapat, yang bisa menahan dan melumpuhkan segala macam kekacauan yang mungkin terjadi di tengah-tengah umat Islam.
Hal itu karena Umar adalah sosok yang adil, cermat, dan berwibawa tinggi. Namun setelah Umar wafat akibat dendam seorang pengkhianat, bencana pun datang secara beruntun bagai gelombang lautan. Khalifah Utsman terbunuh oleh umat Islam sendiri, lalu Khalifah Ali bin Abi Thalib, hingga seterusnya.